Citibank N.A., Indonesia (Citi Indonesia) memulai proses penjualan bisnis consumer banking sebagai kelanjutan pengumuman dari kantor pusat yang menyebutkan bahwa perusahaan akan keluar dari bisnis consumer di 13 negara, termasuk Indonesia.
CEO Citibank N.A., Indonesia Batara Sianturi mengatakan sejumlah pihak telah menyampaikan minat untuk membeli bisnis consumer Citibank.
"Keputusan untuk keluar dari bisnis consumer banking di Indonesia baru saja ditentukan. Di Indonesia, saat ini sudah terdapat banyak pihak yang berminat untuk membeli bisnis consumer banking kami. Proses transaksi seperti ini pada umumnya akan membutuhkan waktu yang lama dan akan membutuhkan interaksi dengan sejumlah calon pembeli yang berminat," ucapnya, dalam keterengan resmi yang diterima Alinea.id, Senin (3/5)..
Batara menambahkan, kriteria pemilihan pembeli untuk bisnis consumer banking perlu mempertimbangkan sejumlah faktor kuantitatif dan kualitatif. Yakni, Citibank akan berupaya untuk memastikan keberlanjutan layanan dengan tingkat yang sama seperti yang biasanya diterima oleh nasabah.
"Selain itu juga memperhatikan kepentingan dan prospek masa depan karyawan kami, pada saat kami melakukan penilaian terhadap kualitas dan kesesuaian calon pembeli," ujarnya.
Dengan demikian, seluruh nasabah Citi Indonesia dapat terus melakukan transaksi atau mendapatkan layanan perbankan melalui Citibank Mobile App, Citibank Online, CitiPhone maupun kantor cabang.
Menurut Batara, saat ini seluruh layanan Citi Indonesia tetap berjalan sampai adanya pemberitahuan lebih lanjut.
Kegiatan bisnis consumer banking Citi di Indonesia meliputi kartu kredit, kredit tanpa agunan, kantor cabang retail, layanan pengelolaan kekayaan (wealth management), layanan nasabah perbankan individual yang terdiri dari Citigold, Citi Priority dan Citi Banking, layanan perbankan digital, bancassurance, dan layanan perbankan melalui telepon atau CitiPhone, serta operasional consumer.
Setelah melepas bisnis consumer, perusahaan akan fokus di segmen bisnis korporasi Institutional Clients Group (ICG), terdiri dari TTS (treasury and trade solutions), MSS (markets and securities services/custodian), BCMA (banking capital market advisory) untuk nasabah-nasabah institusional yang terdiri dari perusahaan lokal, pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), lembaga keuangan dan perusahaan multinasional, CCB (Citi Commercial Bank), dan layanan pasar modal melalui PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI).
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada nasabah kami atas dukungannya selama ini dan kami berharap untuk dapat senantiasa melayani mereka,” ujar Batara.
NPL turun
Sementara itu, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,6 triliun di 2020, meskipun berada di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat karena pandemi Covid-19 dan ketidakpastian ekonomi global.
Rasio kinerja yaitu return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) pada periode yang sama masing-masing tercatat sebesar sebesar 15% dan 4%.
Perusahaan juga melaporkan kondisi likuiditas yang baik dengan lending to deposit ratio (LDR) sebesar 65,8%, yang didukung oleh pertumbuhan simpanan sebesar 8%.
Dengan menerapkan asas kehati-hatian dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, Citi Indonesia berhasil memperbaiki rasio gross kredit bermasalah atau NPL menjadi 1,6% dari 2,4% di tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Citi Indonesia per 31 Desember 2020 adalah 28.3%, meningkat dari 26,7% untuk periode yang sama tahun sebelumnya.
“Di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, kami berkomitmen untuk terus menjaga tingkat likuiditas dan meningkatkan kecukupan modal. Neraca kami memiliki kapasitas untuk terus melayani kebutuhan nasabah," kata Batara.