Center of Reform on Economics (Core) Indonesia meramal tingkat inflasi 2022 bisa berada di atas 5,5%
atau lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah sebesar 3±1%. Prediksi ini bisa terjadi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga beberapa kebutuhan pokok.
Dirut Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan pihaknya telah melakukan beberapa simulasi. Terdapat empat skenario yang dibuat oleh Core Indonesia. Skenario pertama, tingkat inflasi tahun 2022 di atas 2,5% akan terjadi, meskipun pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11% dan kenaikan harga Pertamax pada April 2022.
"Tanpa ada PPN 11% dan kenaikan Pertamax, inflasi diperkirakan sebesar 2,5%. Artinya, tanpa ada kebijakan tambahan tadi, sebenarnya inflasi sudah lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2021 yang berada di angka 1,8%," ujarnya, Selasa (19/4).
Lalu skenario kedua, tingkat inflasi di atas 3,5% dengan adanya penerapan PPN 11% dan kenaikan harga Pertamax pada April 2022. Skenario ketiga, inflasi di atas 5% bila skenario kedua ditambah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite yang diasumsikan menjadi Rp9.000 per liter.
"Skenario keempat, inflasi bisa di atas 5,5% kalau pemerintah menaikkan harga berbagai kebutuhan kebutuhan pokok seperti harga Pertalite dan elpiji 3 kilogram. Jika ini terjadi, akan ada lonjakan inflasi yang besar” ujar Faisal.
Lonjakan inflasi pada 2022 disebut bisa menahan laju pemulihan ekonomi dan memperlebar kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin.
Dari Badan Pusat Statitik (BPS) sendiri mencatat tingkat inflasi hingga kuartal I-2022 mencapai 1,2%. Apabila dibandingkan dengan kuartal I-2021, tingkat inflasi ini juga sudah tiga kali lipat lebih tinggi.