close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Platform transportasi online Grab disebut telah berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebesar Rp 48,9 triliun sepanjang 2018. / Antara Foto
icon caption
Platform transportasi online Grab disebut telah berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebesar Rp 48,9 triliun sepanjang 2018. / Antara Foto
Bisnis
Selasa, 23 Juli 2019 15:53

CSIS: Grab berkontribusi Rp46,14 T ke ekonomi Jabodetabek

Grab berkontribusi kepada surplus ekonomi Jabodetabek.
swipe

Platform transportasi online Grab disebut telah berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia sebesar Rp 48,9 triliun sepanjang 2018. Dari jumlah tersebut, kontribusi untuk Jabodetabek mencapai Rp Rp46,14 triliun.

Hal ini diungkapkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics. 

“Grab membuka data yang mereka miliki. Dengan data itu kita bisa melakukan analisis kontribusi ekonomi digital bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal di Jakarta, Selasa (23/7).

Riset ini dilakukan pada rentang 7—27 Mei 2018 dan 2 Juli—12 Agustus 2018 yang terdiri dari dataset mahadata 215 juta observasi GrabBike dan 642 juta observasi Grabcar. Data ini tidak termasuk sesi yang mempengaruhi guncangan eksternal seperti Ramadan dan akuisisi Uber oleh Grab. 

Yose mengatakan pendapatan Grab datang dari perolehan mitra pengemudi grab bike, grab car, grab food, dan agen Kudo individual.

Meningkatkan perekonomian masyarakat

Lebih jauh, Yose mengatakan keuntungan dalam bisnis Grab tidak hanya dirasakan oleh pihak aplikator sebagai penyedia jasa tetapi juga dirasakan oleh konsumen.

Dengan adanya layanan seperti Grab, katanya, konsumen dapat menerima manfaat dengan disediakannya transportasi bertarif murah dan dapat menghemat pengeluaran mereka. Hal ini disebut dengan konsumen surplus.

“Karena teknologi memungkinkan output dapat diproduksi dengan lebih murah, konsumen bisa mendapatkan produk dengan kualitas lebih baik dengan harga yang lebih murah,” lanjutnya.

Konsumen surplus sendiri merupakan manfaat yang diterima konsumen saat membeli barang dengan harga yang lebih rendah dari harga yang mampu mereka bayar.

“Jika konsumen bersedia bayar Rp200.000 untuk tujuan Bandara Soetta, Grab menyediakan harga Rp150.000. Konsumen surplus Rp50.000. Ini yg disebut konsumen surplus,” jelasnya.

Dengan adanya konsumen surplus, lanjut Jose, konsumen dapat menghemat pengeluaran mereka untuk dimanfaatkan membeli barang dan jasa dalam meningkatkan kualitas hidup.

Dari survei yang dilakukan CSIS, sebanyak 72% konsumen pemilik kendaraan pribadi roda dua dan 28% pemilik kendaraan pribadi roda empat lebih memilih grab bike dan grab car untuk mobilitas mereka. 

“Harga yang lebih terjangkau, serta pelayanan yang lebih baik, aman, dan nyaman merupakan beberapa alasan kenapa konsumen lebih memilih jasa transportasi online,” ucapnya.

Selain itu, Yose memaparkan, Grab berkontribusi menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut dia, lebih dari 38% mitra grab bike sebelumnya tidak memiliki penghasilan, dan kini telah mendapatkan penghasilan rata-rata Rp4 juta tiap bulannya.

Sementara, untuk grab car sebanyak 33% pengemudi sebelumnya tidak memiliki penghasilan, namun kini telah berhasil mengumpulkan rata-rata Rp7 juta per bulannya.

Selain itu, tersedianya pilihan moda transportasi dengan harga yang lebih terjangkau berkontribusi pula dalam mendukung produktifitas dunia usaha, lewat layanan antar pesanan dan grab food.

“Penerima manfaat terbesar dari ekonomi digital adalah dunia usaha, terutama UMKM, dan konsumen. Formulasi kebijakan terkait ekonomi digital seharusnya mempertimbangkan kesejahteraan seluruh pihak terkait agar manfaatnya optimal," tutur Yose.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan