Berinvestasi pada instrumen yang mendukung lingkungan atau investasi hijau tidak hanya menjadi perhatian para investor besar, seperti perusahaan asuransi, manajer investasi, dan pengelola dana pensiun. Investor ritel kini juga memasukkan unsur lingkungan dalam pertimbangan investasinya.
Sebuah investasi disebut hijau karena fokus pentingnya ditujukan pada aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola baik. Tujuan dari adanya investasi hijau ini bukan semata mencari keuntungan namun juga untuk menjaga kelangsungan perekonomian dan kehidupan secara jangka panjang.
Investasi ini juga tergolong sebagai impact investing atau investasi berdampak, karena selain memberikan manfaat keuntungan bagi investor, ada pula yang didapat oleh lingkungan sekitar dan masyarakat.
Lalu, apakah instrumen investasi hijau layak untuk dikoleksi?
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan salah satu saham berbasis hijau yang bisa dilirik investor adalah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
"Ada berbagai produk berbasis investasi hijau. Saya merekomendasikan saham BREN yang bergerak di bidang renewable energy atau EBT yakni geothermal energy," tutur Arjun kepada Alinea.id, Kamis (16/11).
BREN, emiten energi baru dan terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu ini baru melantai pada Senin (9/10), namun sudah menjadi raja bursa. Pada perdagangan Senin (20/11/), kapitalisasi pasar menyentuh Rp909,75 triliun atau tinggal sedikit lagi menyentuh Rp1.000 triliun dan terus memepet kapitalisasi pasar perbankan jumbo PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang saat ini mencapai Rp1.103,31 triliun.
Selisih kapitalisasi pasar antara BREN dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) semakin lebar, di mana kapitalisasi pasar BBRI saat ini mencapai Rp788,11 triliun, atau ada selisih sebesar Rp118,29 triliun.
Kenaikan harga BREN sejak penawaran perdana saham (IPO) juga semakin meroket mencapai 771,79%. Dari harga IPO-nya di Rp780 per saham, kini saham BREN sudah mencapai Rp6.800.
Arjun mengatakan pergerakan harga saham tersebut disebabkan oleh prospek EBT yang menarik.
"Kebutuhan menjaga ramah lingkungan dan ekspektasi EBT akan semakin penting dan andalan sebagai sumber energi, mendorong harga saham," lanjut Arjun. Menurutnya, BREN akan memberikan untung untuk investasi jangka panjang.
Instrumen lain
Selain BREN, ada banyak saham berbasis hijau lain yang bisa menjadi pilihan. Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan investor bisa mengoleksi saham-saham yang termasuk dalam indeks hijau.
Seiring dengan peningkatan minat investor atas investasi hijau, Bursa Efek Indonesia (BEI) menambah indeks acuan, yaitu Indeks ESG Leaders. Indeks ini memuat 30 saham perusahaan berkapitalisasi besar dan menerapkan prinsip ESG atau environmental, social, dan governance.
BEI juga memiliki indeks ESG Quality LQ 45 IDX Kehati yang memuat 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kualitas keuangan.
"Saham-saham dalam indeks tersebut harus dicermati. Saham yang memiliki prospek menarik adalah perusahaan-perusahaan yang mewujudkan komitmen dalam diversifikasi bisnis ke EBT," tuturnya, kepada Alinea.id, Kamis (16/11).
Instrumen lain selain saham yang juga menarik adalah obligasi dan sukuk hijau atau green bonds. Instrumen berbasis utang ini diterbitkan untuk menunjang pembangunan infrastruktur berbasis green energy. Salah satu green bonds adalah sukuk tabungan (ST) hijau yang diterbitkan oleh pemerintah.
"Lalu, ada juga reksadana dan ETF (exchange traded fund) bagi investor yang ingin menyerahkan portofolio untuk dikelola oleh para pelaku profesional di bidangnya," tuturnya.