close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum AICESCC, Mayjen (Purn) TNI Sudrajat (tengah), di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Alinea.id/Akbar Ridwan
icon caption
Ketua Umum AICESCC, Mayjen (Purn) TNI Sudrajat (tengah), di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (5/2/2020). Alinea.id/Akbar Ridwan
Bisnis
Rabu, 05 Februari 2020 19:21

Dampak penyetopan impor logistik dari China versi AICESCC

Ia pun meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan ini.
swipe

Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Indonesia-China (Association of Indonesia-China Economic Social and Cultural Cooperation/AICESCC) menilai, penghentian sementara impor logistik dari "Negeri Tirai Bambu" akan memengaruhi perekonomian. Dus, meminta kebijakan dikaji ulang.

"Dampaknya, tentu ada efek daripada penurunan volume bisnis kita. Yang kedua, market juga agak terganggu," kata Ketua Umum AICESCC, Mayjen TNI (purn) Sudrajat, di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta, Rabu (5/2).

"Yang ketiga, adalah komitmen-komitmen kita terhadap para langganan kita dan produsen-produsen kita yang menyuplai selama ini," ujarnya usai menemui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.

Kebijakan tersebut berlaku baru-baru ini. Guna mencegah penyebaran coronavirus atau 2019-nCoV. Kali pertama ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Namun, penyetopan sementara berlaku untuk beberapa produk.

Wakil Ketua Umum AICESCC, Hariyadi Sukamdani, menambahkan, pihaknya sekadar menyampaikan peringatan kepada pemerintah. Agar tak reaktif dalam merespons wabah 2019-nCoV.

AICESCC juga meminta kebijakan diambil dengan perhitungan matang. Sehingga, impor tetap berjalan dan antisipasi coronavirus optimal.

"Kita berharap, harus dipilah betul mengenai arus orang dengan arus barangnya. Karena perdagangan kita dengan China juga cukup yang terbesar di antara negara-negara lain. Total perdagangan kita sendiri lebih dari 60 miliar dolar," tuturnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Shinta Widjaja Kamdani, menilai, langkah itu perlu transisi memadai. Agar pelaku usaha bisa mengatur peralihan perdagangan dengan mencari substitusi dengan baik.

"China selama ini memiliki market share terbesar untuk menyuplai produk buah dan sayuran impor ke Indonesia. Sehingga, apabila dihentikan, harus ada proses transisi yang memadai," ucapnya.

img
Akbar Ridwan
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan