close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bisnis
Kamis, 18 Juni 2020 15:48

Dana US$7,3 miliar serbu Indonesia, rupiah bertenaga

Masuknya aliran modal asing tersebut didorong oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
swipe

Dana asing menyerbu Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat hingga 15 Juni 2020 aliran modal asing atau capital inflow dalam bentuk investasi portofolio masuk ke Indonesia sebesar US$7,3 miliar atau Rp103,57 triliun (kurs Rp14.302 per dolar Amerika Serikat).

"Aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II-2020 hingga 15 Juni 2020 tercatat net inflow sebesar US$7,3 miliar," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video conference, Kamis (18/6).

Perry mengatakan, masuknya aliran modal asing tersebut didorong oleh meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan tingginya daya tarik aset keuangan domestik. Akibatnya, minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia semakin tinggi.

"Aliran masuk modal asing kembali berlanjut dipengaruhi meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta tetap tingginya daya tarik aset keuangan domestik dan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia," ujarnya.

Aliran modal asing tersebut turut mengerek menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sampai dengan 17 Juni 2020, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 3,75% secara point to point atau 5,69% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2020.

"Kendati demikian, nilai tukar rupiah masih terdepresiasi sebesar 1,42% bila dibandingkan dengan level akhir 2019," lanjutnya.

Mata uang "Garuda" diprediksi akan melanjutkan tren penguatan. Menurut Perry, salah satu penopangnya adalah terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek kondisi ekonomi Indonesia. 

Selain itu, level nilai tukar rupiah juga masih undervalued secara fundamental sehingga berpotensi terus menguat dan dapat mendukung pemulihan ekonomi domestik. 

"Potensi penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh faktor fundamental, seperti inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan yang kompetitif, dan premi risiko yang mulai menurun," ucapnya.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, BI pun terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan