close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bisnis
Kamis, 05 Agustus 2021 06:55

Dari ASII hingga BBRI, emiten kian getol suntik startup

Investasi ke startup diprediksi semakin ramai.
swipe

Guyuran investasi emiten-emiten pasar modal ke perusahaan rintisan atau startup kian marak belakangan ini. Investasi tersebut dilakukan mulai dari emiten berkapitalisasi pasar besar seperti PT Astra International Tbk. (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, maraknya emiten pasar modal menyuntikkan dana bisa menjadi tanda jika perusahaan rintisan kian menunjukkan kinerjanya. Hal ini menarik perhatian pembuat kebijakan di perusahaan konvensional untuk ikut berinvestasi di perusahaan rintisan tersebut.

"Selain untuk mempertahankan eksistensi yang ada, juga untuk menambah diversifikasi bisnis dari para emiten tersebut, yang nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi positif ke induk," kata Reza dihubungi Alinea.id, Rabu (4/8).

Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) sekaligus Co-founder dan Managing Partner Gayo Capital Jefri R. Sirait mengatakan, investasi perusahaan-perusahaan besar ke startup bisa menjadi supporting system yang bagus bagi perusahaan.

"Selain itu mereka ingin punya bisnis baru, banyak perusahaan besar ingin punya bisnis model seperti startup. Jadi memang teknologi atau inovasi ini ada di depan, bukan menjadi lawan, tetapi kawan. Jadi saat ini, kesadaran perusahaan konvensional terhadap kehadiran startup menjadi semakin kuat," ujar Jefri dihubungi dalam kesempatan berbeda, Rabu (4/8).
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bukan hal baru

Jefri menilai, investasi perusahaan-perusahaan besar ke perusahaan rintisan bukan menjadi hal yang baru. Perusahaan seperti Telkom, Astra International, dan Bank BRI sebelumnya telah memiliki anak perusahaan yang bergerak di modal ventura.

Telkom dengan PT Metra Digital Investama atau MDI Ventures misalnya, menyampaikan siap menyuntik dana US$500 juta ke startup hingga 2024. MDI Ventures sendiri telah berinvestasi ke lebih dari 40 startup yang tersebar di 10 negara.

Sementara Astra International tercatat telah menyuntik startup Sayurbox senilai US$5 juta atau Rp72,5 miliar dan startup telemedicine Halodoc senilai US$35 juta atau Rp507,5 miliar. Tidak hanya itu, pada 2018 ASII menyuntikkan dana segar senilai US$150 juta ke startup decacorn Gojek.

Adapun BRI melalui BRI Ventures tercatat telah menyuntikkan dana ke startup agritech TaniHub senilai US$65,5 juta atau Rp942 miliar. Selain ke TaniHub, BRI Ventures juga melakukan investasi ke beberapa perusahaan teknologi finansial seperti Modalku, Investree, Payfazz, LinkAja, dan AwanTunai.

"Kenapa Astra bisa masuk ke Gojek? Apabila dilihat dari tren, perusahaan teknologi jadi esensial karena 10 tahun terakhir mereka di perusahaan teknologi menetapkan posisinya semakin di atas. Memang teknologi ini punya dasar di knowledge, science, dan dibangun atas inovasi. Ini kalau di-skill up, bisa menjadi suatu pendapatan," ucap Jefri.

Jefri bersyukur melihat semakin maraknya perusahaan-perusahaan besar melakukan investasi. Menurutnya, tren ini menunjukkan ada satu kebutuhan dari konglomerasi melihat startup.

"Ini menunjukkan tingkat level kepercayaan ke bisnis ini (startup) semakin bagus. Kita bisa lihat bagaimana Bukalapak dan dua startup lain akan masuk mencatatkan saham di bursa (listing). Ini level kepercayaan. Jadi bisnis tidak hanya dilihat dari laba-rugi, tapi value," tutur dia.

Semakin semarak?

Jefri meyakini, langkah perusahaan-perusahaan besar berinvestasi ke startup kian semarak ke depannya. Pasalnya, pandemi membuat permintaan akan inovasi teknologi menjadi tidak terelakkan.

Menurutnya, dari yang sudah-sudah, startup selama ini menjadi pencetus awal (trendsetter) di bidang telemedicine, edutech, ride-haul, dan financial technology. Hampir tidak ada perusahaan konvensional yang memulai hal tersebut.

"Saya percaya investasi ke startup akan semakin ramai. Kalau kita sudah lihat, jangankan pemain besar, anak-anak pejabat anak-anak konglomerat jadi investor. Ini menjadi satu hal, bagaimana equity jadi daya tarik dibanding hanya memberikan pinjaman," kata dia.

 

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan