Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut data Kementerian Pertanian sering meleset tekait rencana impor 2 juta ton beras.
Darmin Nasution menyatakan, data proyeksi produksi beras yang dikeluarkan oleh Kementan sering meleset. Hal itu berdampak pada rencana impor beras yang menjadi polemik antara Kementerian Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog).
"Pihak yang punya instrumen untuk bikin data itu Kementan. (Data Kementan) meleset setiap tahun. Sudah dibilang betulkan, keluar lagi itu datanya," kata Darmin di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (19/9) malam.
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengatakan bahwa pihak yang mempunyai data terkait angka perkiraan produksi beras adalah Kementan dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Akurasi data menyangkut proyeksi produksi beras tersebut penting karena turut mempengaruhi kebijakan pemerintah, misalnya terkait impor.
Data proyeksi produksi beras Kementan yang disoroti oleh Darmin yaitu sebanyak 13,7 juta ton dalam tiga bulan awal 2018.
Secara rinci, angka proyeksi produksi beras tersebut terdiri dari 2,5 juta ton pada Januari 2018, lalu 4,7 juta ton pada Februari 2018, dan 6,5 juta ton pada Maret 2018.
Akan tetapi, ketika dilakukan rapat koordinasi membahas beras pada 19 Maret 2018, Darmin menyebutkan bahwa stok beras medium dan premium tersisa 590.000 ton, atau berkurang dari stok 903.000 ton per 15 Januari 2018.
Jumlah stok tersebut tidak terlalu banyak mengingat kebutuhan konsumsi beras sebulan secara keseluruhan mencapai 2,4 juta ton.
Kemudian, rapat koordinasi dilakukan kembali pada 28 Maret 2018 karena waktu panen raya sudah akan habis. Ketika itu, pemerintah memutuskan untuk impor satu juta ton sehingga total izin impor telah mencapai 2 juta ton sepanjang tahun ini.
"Dibilang (Maret 2018) 6,5 juta ton proyeksi produksi. Memang stok naik menjadi 649.000 ton tetapi tidak ada apa-apanya. Panen raya mau habis, siapa yang percaya bahwa ini akan baik-baik saja ke depan," ujar Darmin. (Ant).