PT Pupuk Indonesia (Persero) mengumumkan data kinerja penjualan pupuk bersubsidi dan ekspor periode 2015-2018.
Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pupuk itu merinci selama empat tahun terakhir telah memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi sebanyak 34,77 juta ton.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan, perseroan tetap memenuhi kebutuhan dalam negeri, seiring berusaha meningkatkan pangsa ekspor ekspor.
"Kami hanya melakukan ekspor jika kebutuhan dan stok dalam negeri sudah benar-benar terpenuhi," kata Aas, Senin (26/11).
Dia merinci, penyaluran pupuk bersubsidi terdiri dari 15,09 juta ton Urea, 3,25 juta ton pupuk SP36, 3,76 juta ton pupuk ZA, 9,91 juta ton pupuk NPK, dan 2,74 juta ton pupuk Organik.
Khusus pada tahun 2018, Pupuk Indonesia menargetkan penyaluran pupuk subsidi dalam negeri hingga akhir tahun mencapai 9,46 juta ton. Jumlah ini merupakan peningkatan dari empat tahun sebelumnya yaitu sebesar 7%.
Tidak hanya penyaluran pupuk ke sektor PSO (subsidi), penjualan pupuk nonsubsidi dalam negeri juga meningkat dari tahun 2015 hingga 2018. Selama empat tahun terakhir penjualan produk pupuk dalam negeri mencapai 7,34 juta ton dan amoniak sebesar 1,04 juta ton.
"Tren penjualan pupuk non subsidi dalam negeri juga semakin meningkat selama empat tahun terakhir Pasar terbesar masih didominasi oleh industri perkebunan kelapa sawit, karet dan tebu," kata Aas.
Berbagai langkah dilakukan oleh Pupuk Indonesia untuk memastikan pasokan pupuk dalam negeri selalu aman. Menurut Aas, Pupuk Indonesia sebagai induk holding selalu melakukan koordinasi dengan produsen pupuk yang merupakan anak usaha Pupuk Indonesia.
Upaya lainnya seperti mengeluarkan kebijakan kepada seluruh produsen pupuk anggota Holding Pupuk untuk menyediakan pupuk non subsidi di kios resmi agar petani memiliki kemudahan akses untuk memperoleh pupuk.
Data perbandingan ekspor pupuk dari PT Pupuk Indonesia (Persero) dalam ribuan ton.
Ekspor melonjak
Sementara itu, Pupuk Indonesia tercatat telah mengekspor produk pupuk dan non pupuk sebanyak 6,67 ton atau senilai Rp24,8 triliun dalam kurun waktu 2015 sampai Oktober 2018.
Aas Asikin Idat merinci total ekspor produk pupuk sebanyak 4,22 juta ton dan amoniak sebanyak 2,45 juta ton, dengan nilai penjualan produk pupuk hingga US$985 juta.
Kinerja ekspor ini turut memberikan kontribusi terhadap devisa negara dalam waktu empat tahun terakhir.
"Pupuk Indonesia akan terus memacu penjualan ekspor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan kembali memperkuat nilai rupiah dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri," urainya.
Pada 2015, total ekspor pupuk mencapai 844.000 ton, namun di tahun ini hingga Oktober telah mencapai 995.000 ton dengan prognosa dapat mencapai 1.475.978 ton di akhir 2018.
Khusus untuk tahun ini, hingga Oktober, Pupuk Indonesia telah menyumbang Rp6,31 triliun dari ekspor produk pupuk maupun non pupuk. Nilai ekspor pada 2018 ditargetkan dapat mencapai Rp9,069 trilliun pada akhir tahun, meningkat 62% dari tahun sebelumnya.
Capaian ini akan menjadi pencapaian tertinggi sepanjang empat tahun ke belakang.
Menurut Aas, tren positif ini tidak bisa dipisahkan dari upaya peningkatan daya saing produk melalui berbagai upaya efisiensi untuk menekan biaya produksi, antara lain melalui peningkatan efisiensi konsumsi bahan baku gas dan efisiensi biaya distribusi.
Selain upaya efisiensi yang dilakukan, kenaikan ekspor 2018 ini juga didukung oleh membaiknya daya saing perusahaan, meningkatnya harga urea dan amoniak dunia serta penguatan jaringan ekspor melalui berbagai kegiatan promosi di tingkat internasional dan berbagai kegiatan misi dagang.
Penjualan terbesar didominasi oleh negara-negara Asia seperti Filipina, Vietnam, Jepang, India, Thailand, Taiwan, Malaysia dan China. Selain wilayah Asia, Australia, Costa Rica, Yordanoa, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan masih menjadi tujuan ekspor dengan permintaan yang cukup besar untuk produk urea, NPK dan amoniak.
Aas menambahkan kebijakan penurunan harga gas juga memberikan pengaruh positif pada peningkatan daya saing produk pupuk dan non pupuk di pasar internasional.