Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sepanjang Januari 2019 sebesar Rp45,8 triliun atau 0,28% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari 2018, defisit Rp37,7 triliun atau 0,25% terhadap PDB.
"Defisit ini memang lebih besar dari tahun lalu,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (20/2).
Adapun penerimaan negara pada Januari 2019 mencapai Rp108,1 triliun, dengan total belanja negara sebesar Rp153,8 triliun.
Secara rinci, penerimaan negara terdiri atas penerimaan perpajakan yang terkumpul Rp89,8 triliun atau sudah 5% dari target dalam APBN 2019.
Sementara, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp18,3 triliun atau 4,8% dari target. Adapun hingga saat ini penerimaan dari hibah belum ada.
Adapun belanja negara berasal dari belanja pemerintah pusat sebanyak Rp76,1 triliun atau 4,7% dari target.
Dengan defisit ini, keseimbangan primer mencapa Rp22,8 triliun hingga 31 Januari 2019. Sri Mulyani mengatakan angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi keseimbangan primer periode yang sama tahun lalu sebesar Rp14,2 triliun.
Kendati demikian, Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi masih akan tumbuh positif dan menguat.
"Terindikasi dari inflasi yang terjaga pada level 2,8% dan kinerja APBN sesuai dengan yang kita rencanakan. Tapi masih akan tetap waspada dalam menghadapi risiko global," pungkasnya.