close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi sektor fast-moving consumer goods (FMCG). Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi sektor fast-moving consumer goods (FMCG). Foto Pixabay.
Bisnis - Bursa
Kamis, 02 Januari 2025 19:25

Deretan saham yang bakal cuan di Tahun Ular Kayu

Memasuki tahun 2025, sejumlah sektor saham dijagokan oleh analis. Saham apa yang bakal cuan?
swipe

Memasuki tahun 2025, sejumlah sektor saham dijagokan oleh analis. Saham-saham consumer cyclical dan fast-moving consumer goods (FMCG) menarik dikoleksi dan berpeluang memberikan keuntungan. 

Ekonom, Financial Market Specialist Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA) Lucky Bayu Purnomo mengatakan sektor consumer cyclical menjadi salah satu sektor yang menarik karena sifatnya yang berkaitan dengan kinerja dan momentum ekonomi disertai dengan siklus.

"Demikian juga dengan FMCG. Sektor ini mengacu pada barang konsumsi yang bergerak cepat dan sering dibeli dalam jumlah besar oleh konsumen," ujar Lucky kepada Alinea.id, belum lama ini. 

Sektor consumer cyclical merujuk pada industri yang produksinya dipengaruhi oleh siklus ekonomi. Artinya, sektor ini cenderung berkinerja baik ketika perekonomian sedang berkembang atau berekspansi dan mengalami penurunan ketika ekonomi mengalami resesi atau perlambatan.

Produk yang termasuk dalam sektor ini umumnya adalah barang dan layanan yang dianggap sebagai kebutuhan non-esensial atau barang yang lebih sering dibeli berdasarkan preferensi atau daya beli konsumen. 

"Pada tahun 2024, sektor consumer cyclical berhasil menguat dan berada di atas rata rata kinerja BEI (Bursa Efek Indonesia). Momentum tersebut tidak terlepas dari karakter sektor yang memiliki momentum terkait dengan momentum lainnya," ujarnya. 

Sementara FMCG merujuk pada barang-barang konsumen yang memiliki tingkat perputaran yang sangat cepat. Produk FMCG adalah barang- barang yang dikonsumsi atau digunakan dalam waktu singkat, sering kali dalam jumlah besar, dan dibeli secara teratur oleh konsumen. Sektor ini termasuk produk yang sering digunakan dan mudah didapat, biasanya dengan harga yang terjangkau.

"Kinerja FMCG tidak lepas dari sentimen positif kinerja sektor consumer cyclical yang berhasil menguat di atas kinerja BEI hingga jelang akhir tahun 2024," katanya.

Saham pilihan

Dengan perkembangan sektoral hingga akhir tahun 2024, terdapat beberapa saham di sektor consumer cylical dan FMCG yang dapat menjadi pilihan. Salah satunya, saham emiten produsen makanan ringan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) dengan beberapa produk popular yakni Roma Sandwich, Roma Marie, Roma Selamat, hingga Astor.

Selain itu, Lucky bilang, saham emiten PT Jaya Swarasa Agung Tbk. (TAYS) juga menarik. Perusahaan itu memiliki sejumlah produk makanan ringan kondang yakni Snack Tricks, Tays Kacang Telur, Tays Kacang Goreng, Tays Coklat, dan berbagai varian keripik serta pisang goreng.

"Perusahaan produsen snack di Indonesia memiliki beberapa keunggulan kompetitif yang memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar domestik maupun internasional," kata Lucky.

Lucky mengatakan perusahaan snack di Indonesia berpeluang memiliki kinerja moncer dengan pasar domestik yang besar. Indonesia memiliki populasi lebih dari 270 juta orang, dengan kelas menengah yang terus berkembang. Dus, menciptakan permintaan yang besar untuk produk snack, baik di kota-kota besar maupun daerah-daerah lebih kecil. Dengan pasar yang luas, perusahaan snack dapat dengan mudah menargetkan berbagai segmen konsumen dari berbagai usia dan latar belakang.

Di samping itu, perusahaan bisa berkreativitas dan melakukan inovasi produk dengan varian yang unik dan cita rasa lokal sesuai selera konsumen Indonesia. Misalnya, varian rasa seperti rendang, sambal, atau nasi goreng sangat populer. "Inovasi semacam ini memberi perusahaan keunggulan dalam memenuhi preferensi konsumen lokal yang beragam," ujarnya. 

Sumber bahan baku lokal yang melimpah juga menguntungkan perusahaan emiten produsen snack. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti jagung, singkong, kelapa, dan berbagai bahan lokal lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk produksi snack. Hal ini membantu perusahaan snack mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, yang bisa lebih mahal dan terpengaruh oleh fluktuasi harga internasional.

Selain itu, tren konsumen yang meningkatkan permintaan akan mengerek pergerakan saham tersebut. Lucky menyebut, konsumen Indonesia kini semakin sadar akan keberagaman produk snack, baik dari sisi rasa, kemasan, maupun nilai gizi. Perusahaan snack yang dapat mengadopsi tren baru, seperti snack sehat baik low-fat, rendah gula, organik, atau snack berbasis tanaman, memiliki potensi besar untuk berkembang.

Lalu, kemampuan untuk menembus pasar ekspor. Dengan cita rasa lokal, produk makanan ringan produksi Indonesia hingga saat ini mampu menjangkau skala pasar ekspor di negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah, hingga Eropa.

"Keunggulan rasa lokal, bahan baku yang mudah diperoleh, dan harga yang kompetitif memungkinkan mereka untuk bersaing di pasar global," katanya. 

Lucky mengatakan kinerja FMCG di BEI memiliki ruang pertumbuhan disertai dengan permintaan domestik yang kuat, inovasi produk, dan transformasi digital. Namun, tantangan berupa fluktuasi biaya produksi dan persaingan yang ketat akan tetap ada.

"Perusahaan-perusahaan FMCG yang mampu beradaptasi dengan tren keberlanjutan dan memenuhi permintaan konsumen akan lebih unggul dalam meraih pasar," tuturnya. 

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan