Calon Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia Destry Damayanti melihat, perlambatan ekonomi global, bisa memberikan peluang terhadap pasar keuangan Indonesia, salah satunya dengan mengalirnya dana asing ke dalam negeri (inflow).
Sebagai calon tunggal DGS BI, Destry memaparkan, BI sebagai pengendali moneter perlu melonggarkan kebijakan agar inflow terus meningkat.
"Bank Indonesia telah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) 50 basis poin. Itu sudah merupakan awal indikasi," tuturnya usai melakukan fit and proper test dengan Komisi XI DPR, Senin (1/7).
Inflasi dan nilai tukar rupiah yang terkendali, membuat perekonomian Indonesia mempunyai posisi yang sama dengan negara lain.
Di tengah tren suku bunga global yang menurun dan prospek ekonomi global yang stagnan, Destry memprediksi aliran dana asing berpeluang mengalir ke Indonesia.
Kendati demikian, Indonesia sebaiknya berhati-hati, karena inflow yang masuk cenderung dalam bentuk portofolio.
Sehingga Bank Indonesia bersama dengan otoritas lembaga lainnya seperti OJK, Kementerian Keuangan dan LPSK harus mengawasi pergerakan yang terjadi di pasar uang, pasar modal, dan sektor perbankan.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Doddy Budi Waluyo mengatakan, sampai dengan 27 Juni 2019, capital inflows mencapai Rp154 triliun. Sebanyak Rp90 triliun masuk lewat instrumen SBN dan Rp60 triliun masuk ke pasar saham.
"Kami masih melihat positif perkembangan domestik lewat arah inflow dan ini yang mendorong rupiah terus membaik. Paling tidak sampai year to date, pada 27 Juni itu jumlahnya sekitar Rp154 triliun secara net," kata Dody kepada awak media usai mengikuti salat Jumat di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (28/6).