close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto Antara.
icon caption
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto Antara.
Bisnis
Kamis, 26 Maret 2020 15:30

Dipakai untuk stabilkan rupiah, cadangan devisa masih cukup?

Bank Indonesia telah menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi terhadap mata uang rupiah yang terus melemah.
swipe

Bank Indonesia telah menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi terhadap mata uang rupiah yang terus melemah.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengakui hal tersebut akan mengakibatkan penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia. Meski demikian, Perry belum dapat memastikan besaran penurunan cadev karena rupiah masih berfluktuasi terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kami akui dengan tekanan nilai tukar yang cukup besar pada pekan lalu  maupun pekan sebelumnya, tentu saja ada penurunan terhadap cadangan devisa. Pada waktunya nanti kami akan umumkan posisi terakhir pada akhir Maret nanti seperti apa," katanya dalam teleconference, Kamis (26/3).

Perry menjelaskan cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2020 tercatat sebesar US$130,4 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan Januari sebesar US$ 131,7 miliar.

Perry mengklaim cadangan devisa masih cukup untuk menciptakan stabilitas pasar keuangan yang bergejolak sejak merebaknya pandemi coronavirus di tanah air.

"Tapi kami pastikan bahwa jumlah cadangan devisa yang kami miliki lebih dari cukup untuk melakukan triple intervention, baik di spot, domestic non delivery forward (DNDF), maupun pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder," ujarnya.

Meski cadangan devisa sebagai sistem pertahanan lini pertama mencukupi, Perry menjelaskan, pihaknya juga memiliki sistem pertahanan lini kedua yaitu melalui bilateral swap agreementatau perjanjian pertukaran mata uang antar negara.

"Meski cadangan devisa sebagai first line defense cukup, tapi dapat kami informasikan juga kami juga mempunyai second line of defense yaitu bilateral swap dengan sejumlah bank sentral," ucapnya.

Dia merinci BI memiliki bilateral swap agreement dengan bank sentral China senilai US$30 miliar, Jepang US$22,7 miliar, Singapura sekitar US$10 miliar, dan Australia maupun bank sentral lainnya.

"Kami yakinkan jumlah cadangan devisa itu masih lebih dari cukup, tapi kami juga ada bilateral swap agreement yang memang kami punyai dan tentu saja kalau memang diperlukan bisa diaktivasi sewaktu-waktu," tukasnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan