close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
 Peternakan kerbau di Kabupaten Lebak masuk kategori terbaik dari 10 kabupaten di Indonesia. Foto Antara/Mansyur Suryana
icon caption
Peternakan kerbau di Kabupaten Lebak masuk kategori terbaik dari 10 kabupaten di Indonesia. Foto Antara/Mansyur Suryana
Bisnis
Kamis, 13 Januari 2022 13:10

Ditjen PKH Kementan: Produksi daging mengalami pergeseran

Struktur produksi daging 2020 mengalami pergeseran, pangsa daging sapi, dan kerbau menurun dari 29,53% (1990) menjadi 11,58% (2020).
swipe

Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Makmun menyampaikan, perkembangan populasi jumlah ternak sapi/kerbau terus bertumbuh, namun jumlah konsumsi perkapita pun terus bertumbuh, karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat besar. 

“Kita ini negara besar sehingga populasi yang sangat besar, sehingga menjadi incaran dari berbagai negara. Untuk kemudian berlomba ingin memasukkan produknya, dan salah satu jenis produk dari ternak ini yang belum surplus adalah sapi dan daging merah (kerbau). Kalau yang lain, saya kira sudah cukup tersedia,” kata dia dalam webinar virtual “Banjir Kerbau India, Kemana Sapi Lokal Kita?”, Kamis (13/1).

Ia memaparkan, mengenai jumlah populasi sapi potong di 2021 sebanyak 18,05 juta ekor (angka sementara), sebanyak 1,19 juta ekor kerbau, dan 0,58 juta ekor sapi perah sehingga impor susu masih sangat tinggi mencapai 20% pemenuhan di dalam negeri. 

Lebih lanjut, Makmun mengungkapkan, lima provinsi dengan sapi potong terbanyak di antaranya, Jawa tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

Menurutnya, pangan hewani berbasis unggas (daging dan telur) memiliki tingkat partisipasi tertinggi. Pada 2020, sekitar 90,20% penduduk mengonsumsi telur dan 57,78% mengonsumsi daging unggas. Struktur produksi daging 2020 mengalami pergeseran, pangsa daging sapi, dan kerbau menurun dari 29,53% (1990) menjadi 11,58% (2020).

“Ini pergeseran struktur produksi konsumsi yang ada di Indonesia, tentu saja banyak faktor penyebab kenapa pergeseran ini terjadi. Seperti, kemudahan mengakses, harga yang murah, dan juga rasa,” ujarnya. 

Sementara, untuk perkembangan rerata harga bulanan ternak sapi nasional di tingkat produsen periode Januari 2017 sampi dengan Januari 2022 cenderung mengalami peningkatan dari Rp41.861 hingga Rp49.570, dan rerata harga tertinggi terjadi pada Juli 2021 sebesar Rp49.570 dan harga terendah terjadi pada Februari 2017 sebesar Rp41.861.

Sedangkan, perkembangan harga sapi nasional di tingkat konsumen periode Januari 2017 sampai dengan Januari 2022. Rerata harga daging sapi cenderung fluktuatif pada periode Januari 2017 sampai dengan Januari 2022 dari Rp109.450 hingga Rp120.050, fluktuatif harga daging sapi cenderung terjadi pada HBKN. Peningkatan harga yang cukup dramatis terjadi pada Mei 2020 yang sebelumnya Rp113.650/kg menjadi Rp120.050/kg di Mei 2020.

Selanjutnya, Direktur Operasi PT Berdikari Muhammad Hasyim turut memaparkan mengenai Industri sapi potong Berdikari yang saat ini masih terdapat 1000 ekor sapi di Jawa Barat (Subang dan Jatitujuh), dan juga ada 1000 ekor sapi di Sulawesi Selatan (Sidrap). Hal ini untuk menunjang bisnis PT Berdikari karena potensi peternakan. Kemudian terdapat 500 sapi indukan di Cianjur, dan 500 sapi indukan di Boyolali untuk mendukung program Kementan RI (Desa Korporasi).

Ketua Dewan Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Indonesia (Gapusindo) Didiek Purwanto mengatakan, prognosa daging sapi 2022, akan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02%, pertumbuhan konsumsi daging 2,55 perkapita/tahun, kebutuhan sapi bakalan 625.000 ekor, dan setara daging 111.607 ton. Kegiatan impor sapi bakalan lebih memberikan nilai tambah dibandingkan dengan impor daging beku.

img
Kania Nurhaliza
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan