Proyek infrastruktur yang dikebut oleh Presiden Joko Widodo, membuat laba emiten pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. meroket hingga delapan kali lipat sebesar 738% sejak 2014.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Alinea.id, Kamis (1/3/2018), disebutkan Waskita merilis kinerja keuangan audit sepanjang periode 2017. Waskita Karya meraup laba Rp 4,2 triliun pada periode 2017, melonjak 131,72% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 1,81 triliun.
Semenjak pemerintahan Jokowi yang dilantik pada 2014, emiten berkode saham WSKT tersebut telah mencatatkan lonjakan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 738%. Saat itu, Waskita memperoleh laba bersih Rp 501 miliar.
Lonjakan pundi-pundi keuntungan Waskita Karya terus melompat dalam empat tahun terakhir. Sejak 2014, laba WSKT bertambah 104,68% menjadi Rp 1,04 triliun pada 2015, kemudian pada 2016 meningkat 72,99% menjadi Rp 1,81 triliun, lalu pada 2017 melompat 131,72% menjadi Rp 4,2 triliun.
Berlipatnya laba bersih itu terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan usaha perseroan pada 2017 mencapai Rp 45,21 triliun. Perolehan itu melambung 90,04% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp23,79 triliun.
Meski perolehan kontrak baru pada periode Januari-Desember 2017 mencapai Rp 55,83 triliun, nilai tersebut merosot 20,2% dari tahun sebelumnya Rp69,97 triliun. Namun, nilai kontrak yang dalam pengerjaan pada 2017 melonjak 32,76% menjadi Rp138,10 triliun dari Rp104,02 triliun.
"Prestasi yang dicapai Waskita Karya tersebut tidak terlepas dari peran perseroan sebagai agen pembangunan di bidang infrastruktur yang terus berupaya memberikan kontribusi positif kepada seluruh masyarakat dan stakeholders dalam membangun negeri," kata Direktur Utama Waskita Karya, M. Choliq.
Dia menjelaskan, sepanjang tahun 2017, pengembangan bisnis merupakan segmen kontrak dalam pengerjaan yang paling dominan. Kontrak tersebut sebagian besar berasal dari investasi jalan tol yang dilakukan melalui anak usaha, menempati porsi 69%, disusul dengan kontrak-kontrak dari BUMN/BUMD sebesar 16%, Pemerintah 10% dan swasta hanya 5%.
Sementara itu, total aset BUMN karya tersebut melonjak menjadi Rp 97,89 triliun atau naik 59,35% dari posisi sebelumnya sebesar Rp 61,43 triliun. Padahal pada 2013, total aset perseroan masih berada di posisi Rp 8,79 triliun, kemudian naik menjadi Rp 12,54 triliun pada 2014, dan Rp 30,31 triliun pada 2015, lalu melonjak sebesar 102,67% pada 2016 menjadi Rp 61,43 triliun.
Demikian juga total ekuitas secara berturut turut naik dari Rp 2,32 triliun pada 2013 menjadi Rp 2,77 triliun (naik 19,39%) pada 2014, lalu kenaikan total ekuitas melonjak sebesar 250,18% yang dicatat pada 2015 menjadi Rp 9,70 triliun, kemudian naik 72,88% pada 2016 dan pada 2017 naik 35,65% menjadi Rp 22,75 triliun.
Pada perdagangan Kamis (1/3/2018) pukul 13.38 WIB, saham WSKT telah melompat 1,03% sebesar 30 poin ke level Rp 2.940 dari penutupan sehari sebelumnya Rp 2.910 per lembar. Kapitalisasi pasar saham WSKT telah mencapai Rp 39,77 triliun dengan harga saham tertinggi setahun terakhir berada pada level Rp3.150 per lembar.