close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) berencana ekspansi ke Arab Saudi setelah aksi go public dengan perolehan dana Rp632 miliar. / (Foto: Eka Setiyaningsih/Alinea.id)
icon caption
PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) berencana ekspansi ke Arab Saudi setelah aksi go public dengan perolehan dana Rp632 miliar. / (Foto: Eka Setiyaningsih/Alinea.id)
Bisnis
Rabu, 21 November 2018 19:23

DIVA bakal ekspansi ke Arab Saudi usai IPO

PT Distributor Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) berencana ekspansi ke Arab Saudi setelah aksi go public dengan perolehan dana Rp632 miliar.
swipe

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) berencana ekspansi ke Arab Saudi setelah aksi go public dengan perolehan dana Rp632 miliar.

Anak usaha PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS) ini menetapkan harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada harga Rp2.950 per lembar. 

Perusahaan dengan kegiatan usaha digital business converter and accelerator tersebut menawarkan harga pada kisaran Rp2.800-3.750 per saham saat due dilligent meeting. 

"Rp2.950 per lembar it is ok, tapi saya enggak mau jelasin kenapanya," ujar Direktur PT Distribusi Voucher Nusantara Stanley Tjiandra, di sela acara penawaran umum perdana saham DIVA di Resto Siam, Jakarta, Rabu (21/11). 

Perseroan akan melepas sebanyak 214.285.700 lembar saham atau sekitar 30% dari modal disetor perseroan. Dengan demikian, entitas anak PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN) ini akan meraih dana segar sekitar Rp632,14 miliar dari hajatan IPO tersebut.

Stanley mengatakan dana hasil IPO senilai Rp632,14 miliar akan dipergunakan perseroan guna memenuhi kebutuhan pendanaan perseroan.

Lebih detail ia menjelaskan, sekitar 55% dari hasil IPO untuk modal kerja, 40% untuk belanja modal, dan 5% sisanya akan diarahkan ke investasi dalam Sumber Daya Manusia (SDM).

"Setelah hitung-hitungan, kebutuhan pendanaan untuk cover ekspansi tiga tahun ke depan itu sekitar Rp632 miliar. Jadi, kita sudah aman untuk 2019, 2020 hingga 2021," kata Stanley.

Keputusan perseroan untuk menggelar IPO memang terbilang cukup berani saat kondisi pasar yang sedang berfluktuasi. 

Direktur Utama PT Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto selaku penjamin pelaksana emisi efek mengungkapkan jika sekarang ini minat investor mengalami pergeseran dari yang tadinya ke perusahaan minyak dan gas, menjadi ke perusahaan berbasis teknologi digital.

"Memang sekarang ini kondisi market sedang dalam tren turun, tetapi kami yakin dan sudah terbukti saham DIVA banyak peminat," ungkapnya.

Terbukti, dalam aksi ini perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 6 kali. "Kita sudah oversubscribed 6 kali, kalau exactly-nya itu 5,6 kali," imbuh Stanley.

Sementara itu, Direktur PT M Cash Integrasi Tbk. (MCAS), Suryandy Jahja mengatakan bahwa dalam proses IPO anak usaha MCash ini ada beberapa pembeli siaga. Ia menyebut bahwa pembeli siaga saham DIVA seperti Nikko Asset Management Singapura, Qilin Asset Management Singapura, Sinarmas Asset Management.

"Encore cukup besar ada 15-16, mereka cukup merata kita bagi. Lokal juga cukup banyak. Ada satu yang sangat besar dari Singapura, kemudian ada Korean konsorsium," jelasnya.

Pada 2017 lalu, perseroan memang masih fokus menggarap produk digital. Namun, setelah IPO perseroan juga akan melebarkan sayapnya ke bisnis yang berkaitan dengan subscription modal dan bisnis transaction fee.

Saat ini DIVA telah terhubung dengan 17.000 usaha kecil menengah (UKM) yang ada di Indonesia. Perseroan menawarkan produk paket bundling, melalui kolaborasi dengan berbagai industri. 

Adapun saat ini DIVA telah bekerja sama dengan Telkomsel untuk terus melakukan digitalisasi UKM rekanan, untuk bisa melakukan modernisasi bisnisnya dari cara konvensional menjadi cara yang modern. 

"Tahun ini kan sudah ada 17.000 UKM, nanti pada 2019 kami targetkan minimal 300.000 UKM yang akan bekerja sama dengan kita," katanya.

UKM tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Namun, mayoritas dan fokus saat ini berada di pulau Jawa dan Sumatra. 

"Kalau bicara 2019, kami fokus ke pulau Jawa dan Sumatra karena memiliki populasi yang padat. Kemungkinan 2020 juga fokus ke bagian timur yaitu Sulawesi dan Kalimantan," ujarnya.

Selain dalam negeri, pada 2019 perseroan juga berencana untuk menggaet pasar luar negeri seperti wilayah Asean, Arab Saudi dan Eropa.

"Karena, Indonesia sebagai salah satu mayoritas penduduknya muslim. Maka potensi religius travel itu besar sekali, seperti pasar umroh, pasar haji, itukan ada potensi yang belum digarap secara mendalam," katanya.

Lebih lanjut, Stanley menyatakan pada kuartal II-2019 perseroan siap ekspansi ke luar negeri. Nantinya, dalam proses pendistribusian DIVA akan bekerjasama dengan beberapa pihak. Namun sayang, pihaknya enggan untuk menjelaskan secara detail.

"Belum bisa share, tapi saya kasih hit-nya seperti itu. Dan harapannya bisa menambah kontribusi pendapatan perusahaan," pungkasnya.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan