Indonesia merajai ekonomi digital di di Asia Tenggara pada 2023. Laporan Google, Temasek, dan Brain & Company SEA 2023 menunjukkan penjualan bruto (GMV) ekonomi digital Indonesia mencapai US$82 miliar, atau sekitar 37,61% dari total GMV Asia Tenggara yang mencapai US$218 miliar.
Tak heran jika perusahaan e-commerce asing mengincar pasar Indonesia. Salah satunya, platform asal Amerika Serikat (AS) yang merapat ke tanah air. Market America Worldwide shop.com hadir di Indonesia dengan nama Market Indonesia shop.com.
Indonesia menjadi negara kesembilan sebagai bagian dari Market America Worldwide. Sebelumnya, platform ini telah merambah AS, Kanada, Australia, Taiwan, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Inggris.
Sebelumnya juga berembus kabar raksasa e-commerce asal China, yaitu Temu membidik Indonesia. Platform ini sebelumnya telah menaklukkan pasar Filipina dan Malaysia.
Namun, aplikasi belanja ini masih terganjal aturan di Indonesia lantaran memiliki model bisnis produsen ke konsumen atau factory to consumer (F to C).
Banyaknya platform yang melirik pasar Indonesia membuat persaingan semakin ketat. Bagaimana peta persaingan e-commerce ke depan?
Shopee Vs Tokopedia-Tiktok
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut hadirnya platform anyar seperti Market Indonesia shop.com belum akan menggeser dominasi Shopee dan Tokopedia-Tiktok. Kecuali, perusahaan tersebut melancarkan strategi agresif dengan diskon yang sangat besar. Misalnya dengan menebar potongan harga yang menggiurkan mata agar lebih cepat dikenali oleh masyarakat. Hingga nantinya menjadi alternatif bagi masyarakat selain Shopee dan Tokopedia-Tiktok.
“Masyarakat Indonesia biasanya kalau ada diskon seperti itu akan mudah mengenali platform baru dan kemungkinan pindah dari platform lama cukup besar,” ujarnya kepada Alinea.id.
Dia meramal Shopee dan Tokopedia-Tiktok tak akan terpental dari posisi pertama dan kedua di industri e-commerce Indonesia. Persaingan ketat masih terjadi antara dua platform tersebut.
"Selain kedua aplikasi itu (Shopee dan Tokopedia-Tiktok), saya rasa susah buat nembus ke peringkat 1 dan 2," ujarnya.
Dominasi Tokopedia-Tiktok semakin kuat setelah keduanya bergabung. Tiktok mengakuisisi Tokopedia dengan nilai investasi lebih dari US$1,5 miliar atau sekitar Rp23,4 triliun (asumsi US$1 = Rp15.609). Dengan aksi tersebut, bisnis Tokopedia dan Tiktok Shop Indonesia secara resmi bergabung di bawah PT Tokopedia.
Tiktok kemudian menyelesaikan migrasi sistem elektronik Tiktok Shop ke Tokopedia per 27 Maret lalu. Setelah proses migrasi rampung, Tiktok Shop berganti nama menjadi Shop Tokopedia.
Aksi korporasi itu membuat persaingan di industri e-commerce kian sengit. Tiktok menjadi angin segar bagi masyarakat. Menurut Huda, platform ini memberikan pilihan baru bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) guna menjajakan barang dagangannya. Di sisi lain, kehadiran hybrid sistem seperti Tokopedia-Tiktok memberikan pengalaman bagi konsumen untuk berbelanja barang sambil bermain media sosial (medsos).
Selain itu, Huda bilang, layanan live commerce yang ditawarkan Tiktok membuat kompetitor Tokopedia-Tiktok terancam dengan merger dua perusahaan digital tersebut.
"Tapi ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan Tokopedia-Tiktok, yaitu meminimalisir dugaan praktik predatory pricing (banting harga yang dilakukan oleh seller) dan memberikan kesempatan luas kepada pelaku UMKM lokal untuk bersaing," lanjutnya.
Kendati demikian, menurutnya, strategi Tiktok juga bisa diikuti oleh platform medsos lainnya dengan mengembangkan sendiri maupun kerja sama dengan penyedia lokapasar.
Merujuk Similarweb, ada lima situs e-commerce kategori marketplace dengan pengunjung terbanyak di Indonesia pada 2023, yakni Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak. Pada kuartal IV-2023, situs Shopee mencatat pertumbuhan kunjungan tertinggi mencapai 11,5% ketimbang rata-rata kunjungan bulanan pada kuartal III-2023 menjadi rata-rata 241,6 juta kunjungan per bulan.
Pemenang persaingan
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance(Indef) Esther Sri Astuti menilai persaingan e-commerce tidak hanya di Indonesia tetapi juga antar negara. Hal itu terlihat sejak era digital ekonomi, apalagi sekarang dunia tanpa batas.
Untuk menjadi pemenang dalam persaingan tersebut, maka platform e-commerce harus melakukan tiga langkah. Yakni, aplikasinya harus user friendly; ada banyak kemudahan dan diskon atau insentif bagi para konsumen penggunanya seperti gratis ongkir dan lainnya; serta biaya juga lebih murah.
Menurutnya, ke depan pasar akan dipenuhi oleh e-commerce yang big player alias pemain besar.
“Meski awalnya banyak tumbuh e-commerce, tetapi hanya big player yang bisa bertahan dan menguasai pasar. Hanya pemodal besar saja yang berperan di e-commerce. Seperti Alibaba, Shopee, Tiktok, dan lainnya,” ujarnya kepada Alinea.id, Minggu (21/7).
Dia melanjutkan, pencapaian itu didasari pada niat setiap e-commerce untuk meladeni kemauan pasar yang tinggi. Dus, ketika perusahaan bertahan dari perebutan hati di masyarakat, mereka yang menjadi pemenang.
“Hanya mereka yang bisa mengikuti kemauan pasar yang bisa bertahan dan menjadi pemenang kompetisi,” ucapnya.