Ekonom Chatib Basri mengatakan pemerintah perlu fokus pada penanganan Covid-19 di perkotaan seperti Jakarta. Pasalnya, lebih dari 55% penduduk tinggal di perkotaan.
Chatib menuturkan, jika penanganan Covid-19 di perkotaan buruk, maka penduduk di kota akan bergeser ke desa. Jika itu terjadi, menurutnya, pengendalian pandemi akan semakin sulit dilakukan.
"Jika tidak ada stimulus yang cukup di perkotaan, orang akan pergi ke daerah pedesaan. Fasilitas kesehatan di daerah pedesaan sangat buruk. Sekali masuk akan sulit ditangani," katanya dalam video conference, Senin (13/4).
Untuk itu, lanjutnya, jaring pengaman sosial yang dikeluarkan oleh pemerintah harus benar-benar mampu mencukupi kebutuhan dasar masyarakat. Lebih lagi, dengan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) aktivitas masyarakat terhambat dan produksi terganggu.
Penduduk perkotaan yang sebagian bekerja di sektor informal seperti pengemudi ojek online, katanya, harus dipastikan untuk tetap di rumah, agar mata rantai penyebaran terputus dan pendemi segera berakhir.
"Tetapi ada konsekuensi jika Anda fokus pada sektor kesehatan karena mungkin Anda mengharuskan orang untuk tinggal di rumah seperti WFH, pemerintah perlu menyediakan perlindungan sosial. Anda dibayar untuk tinggal di rumah," ujarnya.
Jika hal ini tidak dilakukan, pandemi coronavirus akan semakin lama dikendalikan dan area penyebarannya akan semakin luas, karena orang masih bergerak di luar rumah.
Pengendalian aktivitas juga hal ini penting untuk menjaga masyarakat atau pekerja tetap sehat sehingga ketika pandemi berakhir dan ekonomi dapat segera digenjot.
"Itu sebabnya bantuan langsung tunai atau transfer tunai sangat penting karena kita perlu memastikan bahwa warga tetap sehat dan tinggal di rumah hingga pandemi diatasi," tuturnya.