Riset terbaru yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di Asia Tenggara, dengan Indonesia sebagai pemimpin.
Menurut laporan tahunan bertajuk “Swipe up and to the right: Southeast Asia's US$100 billion Internet economy", ekonomi digital Indonesia kini mendekati US$40 miliar Gross Merchandise Volume (GMV) dan berpotensi mencapai US$133 miliar pada 2025. Angka ini melampaui prediksi tahun lalu lebih dari 30%.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan laporan tahun ini menunjukkan performa optimal ekonomi digital Indonesia yang melampaui semua ekspektasi dari tiga laporan tahunan sebelumnya.
“Saat ini kita menyaksikan bagaimana startup-startup Indonesia menjadi pemain tingkat regional dan bagaimana pendekatan inovatif mereka untuk memecahkan masalah lokal juga mampu merevolusi transportasi, jasa pengantaran makanan, wisata & perjalanan, dan e-commerce di seluruh Asia Tenggara," kata Randy di Jakarta, Senin (7/10).
Randy menjelaskan, laporan regional tahun 2019 ini mencakup lima sektor yaitu e-commerce, media online, transportasi online, wisata & perjalanan, dan jasa keuangan digital.
Dalam empat tahun ini, lanjut Randy, sektor e-commerce telah tumbuh 12 kali lipat dengan nilai US$21 miliar hingga akhir 2019. Tahun 2025, sektor ini diprediksi akan mengalami pertumbuhan 3,9 kali lipat dengan nilai US$82 miliar. Sektor ini menjadi sektor yang paling pesat pertumbuhannya di antara sektor-sektor ekonomi digital lainnya.
Lalu, laporan ini juga mencatatkan pertumbuhan 6 kali lipat untuk sektor ride hailing dengan nilai US$6 miliar. Sektor ini pada 2025 diperkirakan akan tumbuh 3 kali lipat dengan nilai US$18 miliar.
Kemudian, sektor online media yang meliputi online advertising, online gaming, subscription music dan video menjadi sektor yang mencatatkan pertumbuhan 6 kali lipat dengan nilai US$4 miliar hingga akhir tahun ini. Sektor ini diprediksi akan tumbuh 2,25 kali lipat hingga 2025 dengan valuasi sebesar US$9 miliar.
Sektor terakhir, yaitu online travel tumbuh 2 kali lipat dari tahun 2015 dengan nilai US$10 miliar pada 2019. Pada 2025, sektor ini diperkirakan akan tumbuh 2,5 kali lipat dengan nilai US$25 miliar.
Randy melanjutkan, pembiayaan untuk ekonomi digital di Indonesia juga berpotensi untuk melebihi rekor yang tercatat pada tahun 2018, yaitu sebesar US$1,8 miliar pada semester I-2018. Hingga semester I-2019, penelitian ini mencatatkan pembiayaan di sektor digital ekonomi Indonesia mencapai US$1,8 miliar.
Jabodetabek tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan di Indonesia. Pengguna yang tinggal di area tersebut membelanjakan uang senilai US$555 per kapita (dalam GMV), dibandingkan di area non-metro US$103 meski daerah non-metro diperkirakan akan bertumbuh dua kali lebih pesat dalam enam tahun ke depan.