“Maluku Utara, pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara 27%. Tertinggi di dunia, tidak ada di dunia mana pun pertumbuhan ekonomi sampai 27%,” ucap Presiden Joko Widodo (Jokowi), belum lama ini.
Angka yang dimaksud mantan Wali Kota Solo itu merupakan capaian pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada kuartal II-2022 secara tahunan alias year on year (yoy). Raihan itu sempat viral dan menjadi perbincangan publik lantaran jauh di atas realisasi ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,4% pada periode yang sama. Apalagi, di tengah banyak negara yang melambat bahkan jatuh ke jurang resesi.
Dengan angka itu, Maluku Utara sekaligus menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi di Indonesia.
“Dan, survei yang saya terima di seluruh provinsi masyarakat mana yang paling bahagia, ya Maluku Utara. (Pertumbuhan ekonomi) 27% itu bahagia penduduknya,” lanjut Jokowi.
Ya, menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, Maluku Utara mendapat predikat sebagai provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi di antara 34 provinsi. Skornya 76,34 poin. Provinsi lain, seperti Papua Barat dan Sulawesi Tengah yang ekonominya melaju kencang, juga masuk dalam jajaran 10 besar provinsi paling bahagia.
Mengutip website Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pergerakan perekonomian daerah di Maluku Utara sebagian besar bersumber dari perekonomian rakyat yang bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan jenis hasil laut lainnya. Komoditas utama yang mendukung nadi perekonomian di Maluku Utara meliputi kopra, buah pala, cengkeh, perikanan, serta emas dan nikel. Untuk perikanan dan nikel, sebagian telah diekspor ke Jepang.
Maluku Utara memiliki angka tingkat pengangguran terbuka yang rendah. Posisinya di bawah Kalimantan Utara dan Lampung. Persentase penduduk miskin di Maluku Utara juga terbilang rendah, hanya 6,38% di semester II-2021 atau turun ketimbang semester sebelumnya yang sebesar 6,89%.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan Indeks Kebahagiaan merupakan ukuran pembangunan yang bersifat subjektif ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat, tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. BPS telah melaksanakan kajian tentang tingkat kebahagiaan beberapa kali, yaitu uji coba tahun 2012 dan 2013, kemudian survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) sebanyak tiga kali, tahun 2014, 2017, dan 2021. Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi, dan eudaimonia.