Seorang eksekutif Jepang di perusahaan patungan supermarket di Myanmar telah ditahan oleh rezim militer negara tersebut. Kabar ini diungkapkan pengecer Jepang Aeon pada hari Senin (1/7).
Rezim militer Myanmar mengatakan pada hari Minggu (30/6) bahwa mereka telah menahan beberapa orang, termasuk Hiroshi Kasamatsu, karena diduga menjual beras dengan harga lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pihak berwenang.
Kasamatsu, 53, bekerja di Aeon Orange, sebuah perusahaan patungan supermarket di Myanmar yang didirikan oleh Aeon dan perusahaan lokal pada tahun 2016.
Aeon mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa perusahaannya mengumpulkan informasi tentang kasus tersebut melalui kedutaan Jepang di Myanmar dan akan bekerja sama dengan penyelidikan otoritas setempat untuk memenangkan pembebasan dini.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi mengatakan pada konferensi pers di Tokyo hari Senin bahwa tidak ada masalah dengan kesehatan warga negara Jepang yang ditahan di Myanmar.
“Kami akan terus memberikan tanggapan yang tepat dari sudut pandang melindungi warga Jepang sambil mendesak pemerintah setempat untuk membebaskannya sesegera mungkin,” katanya dikutip Japan Times.
Di Myanmar, harga beras melonjak akibat gejolak ekonomi sejak kudeta militer pada tahun 2021. Militer Myanmar telah memperkuat kontrolnya atas harga beras melalui tindakan keras terhadap praktik ilegal.
Terpisah, operator jaringan supermarket Jepang Aeon Co. mengatakan pada hari Senin bahwa seorang pejabat senior dari sebuah perusahaan patungan di Myanmar telah ditahan, dan junta militer mengatakan dia ditahan bersama 10 orang lainnya karena diduga melanggar aturan mengenai harga jual beras.
Disitir Kyodo News, Aeon menyebut pejabat tersebut sebagai Hiroshi Kasamatsu, 53, seorang karyawan Aeon Orange Co., dan menambahkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan penyelidikan pihak berwenang setempat sambil mencari dukungan dari Kedutaan Besar Jepang di Myanmar.
Menurut junta, yang memerintah negara tersebut sejak menggulingkan pemerintahan sipil dalam kudeta pada Februari 2021, Kasamatsu dan 10 warga negara Myanmar telah ditahan karena menjual beras dengan harga sekitar 50 persen hingga 70 persen lebih tinggi dari harga yang diamanatkan oleh pihak berwenang.