Indonesia Furniture Promotion Forum (IFPF) menargetkan pertumbuhan ekspor furnitur pada 2019 berada di kisaran 10%-15%.
"Pertumbuhannya (tahun ini), saya kalau mau realistis antara 10 sampai dengan 15 persen," ujar Ketua IFPF Erie Sasmito di Jakarta, Kamis (21/2).
Erie menjelaskan penjualan ekspor furnitur secara keseluruhan pada tahun lalu mencapai US$1,8 miliar - US$2 miliar.
"Pasar furnitur ekspor pada tahun ini trennya mengalami peningkatan, karena dipengaruhi faktor perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok," ujarnya.
Ketua IFPF itu juga menyatakan perang dagang antara kedua negara adidaya tersebut membuat Indonesia memiliki peluang ekspor yang besar.
Sebab, Indonesia tidak terkena pajak akibat kebijakan generalized system of preference (GSP) dari Amerika Serikat.
"Selain itu, perekonomian Amerika Serikat sendiri juga cukup kuat, jadi kita optimistis pada tahun ini pasar ekspor ke negara tersebut akan mengalami peningkatan," katanya.
Sementara itu, Erie mengatakan pasar ekspor furnitur di kawasan Eropa akan mengalami sedikit penurunan pada tahun ini, karena dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu penyebabnya yakni Brexit.
"Namun untuk pasar ekspor ke Amerika Serikat diperkirakan meningkat," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan ada kemajuan dalam pembahasan mengenai penerapan pemberian fasilitas kemudahan perdagangan GSP oleh Amerika Serikat.
GSP merupakan program pemerintah AS dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, yaitu dengan membebaskan bea masuk ribuan produk negara-negara itu, termasuk Indonesia, ke dalam negeri Paman Sam tersebut.
Sebanyak 3.546 produk Indonesia diberikan fasilitas GSP berupa eliminasi tarif hingga nol persen. (Ant)