close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam pres rilis BRS oleh BPS, Kamis (15/12). (tangkapan layar Youtube BPS)
icon caption
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam pres rilis BRS oleh BPS, Kamis (15/12). (tangkapan layar Youtube BPS)
Bisnis
Kamis, 15 Desember 2022 15:09

Ekspor Indonesia tumbuh melambat, November 2022 hanya tumbuh 5,58% yoy

Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan turunnya nilai ekspor migas secara tahunan yang menurun 15,23% (yoy).
swipe

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekspor secara tahunan atau year on year (yoy) mengalami perlambatan sejak Juli 2021. Pada November 2022, pertumbuhan ekspor terjadi hanya 5,58% (yoy) atau naik dari US$22,85 miliar pada November 2021 dan sekarang jadi US$24,12 miliar.

“Pertumbuhan ekspor secara tahunan ini sebesar  5,58% (yoy) ini menjadi pertumbuhan yang terendah sejak November 2020,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam pres rilis BRS oleh BPS, Kamis (15/12).

Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan turunnya nilai ekspor migas secara tahunan yang menurun 15,23% (yoy) dari US$1,34 miliar menjadi US$1,14 miliar. Meski demikian, sektor non migas masih bertumbuh 6,88% (yoy) dari US$21,51 miliar jadi US$22,99 miliar.

Masih tumbuhnya sektor non migas ini berkat nilai ekspor pada tambang dan lainnya yang meningkat 22,21% (yoy) dan industri pengolahan naik 2,57% (yoy), namun terbebani dengan penurunan ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,20% (yoy).

Jika dilihat secara kumulatif tahunan, total nilai ekspor periode Januari – November 2022 naik 28,16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari US$209,25 miliar naik jadi US$268,18 miliar. Kenaikan ini terjadi di sektor migas dan non migas yang masing-masing naik 30,31% dan 28,04.

“Ekspor migas pada Januari – November 2021 sebesar US$11,18 miliar dan naik di periode tahun ini jadi US$14,57 miliar. Sedangkan ekspor non migas naik dari US$198,07 miliar menjadi US$253,61 miliar,” ungkap Habibullah.  

Untuk sektor nonmigas, pertumbuhan nilai ekspor tertinggi disumbang subsektor tambang dan lainnya yang naik (74,15%) dari US$34,12 miliar jadi US$59,41, lalu subsektor industri pengolahan (18,59%) naik dari US$160,12 miliar menjadi US$189,88 miliar, dan terakhir subsektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (12,44%) dari US$3,84 miliar menjadi US$4,32 miliar.

Selain pertumbuhan ekspor yang mengalami perlambatan selama 17 bulan ke belakang, BPS juga melaporkan nilai ekspor Indonesia di bulan November 2022 menurun 2,46% (mtm) dari US$24,73 miliar pada Oktober 2022, menjadi US$24,12 miliar.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan