close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Analisis Perkarantinaan Tumbuhan Madya Barantan Kementerian Pertanian Aprida Cristin (kiri) dan Pemimpin Redaksi Alinea.id Khudori (kanan), di sela-sela diskusi daring Alinea Forum bertema “Strategi Menembus Pasar Ekspor Porang ke China” yang digelar Alin
icon caption
Analisis Perkarantinaan Tumbuhan Madya Barantan Kementerian Pertanian Aprida Cristin (kiri) dan Pemimpin Redaksi Alinea.id Khudori (kanan), di sela-sela diskusi daring Alinea Forum bertema “Strategi Menembus Pasar Ekspor Porang ke China” yang digelar Alin
Bisnis
Rabu, 28 September 2022 16:02

Ekspor porang ke China naik berlipat usai izin kembali dibuka

Ekspor porang Indonesia ke China kembali dibuka usai negosiasi alot yang dilakukan Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan.
swipe

Ekspor porang Indonesia ke China kembali dibuka usai negosiasi alot yang dilakukan Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian dan beberapa pihak terkait. Seperti saluran mampet, setelah pintu dibuka ekspor melonjak berlipat-lipat.

Analisis Perkarantinaan Tumbuhan Madya Barantan Aprida Cristin mengatakan, ekspor porang dalam bentuk serpihan kering (chips) ke China meningkat jauh lebih besar dibandingkan pada sebelum dan setelah pelarangan. Ekspor porang ke China kembali dibuka Juni 2022 lalu.

“Dalam waktu tiga bulan, Juli sampai September, volume ekspornya luar biasa, sangat-sangat tinggi. Melebihi sebelum dilarang,” kata Aprida dalam diskusi daring Alinea Forum bertema “Strategi Menembus Pasar Ekspor Porang ke China” yang digelar Alinea.id, Rabu (28/9).

China menghentikan impor serpih porang dari Indonesia sejak Juni 2020. Penghentian dilakukan tiba-tiba dan sepihak. Belakangan diketahui bahwa China tengah mengatur-ulang keamanan pangan mereka, termasuk pangan dari impor. Karena serpih porang asal Indonesia kualitasnya beragam.

Berdasarkan data Barantan, volume ekspor serpihan porang kering periode 1 Juli hingga 27 September 2022 mencapai 6.000 ton. Rinciannya, 2.069.532 kilogram (kg) di Juli, 2.893.455 kg di Agustus, dan 2.047.380 kg di September (data hingga 27 September). 

Angka tersebut melesat berkali lipat bila dibandingkan periode sebelum pelarangan dan selama pelarangan ekspor. Pada periode 1 Januari 2018 hingga 31 Mei 2020, volume ekspor pada kisaran di bawah seribu ton, dengan rincian 43.540 kg di 2018, 714.237 kg di 2019, dan 401.066 kg per 2020 (Januari-Mei). 

“Kita bisa lihat khusus untuk China dulu, pada 2018 kecil ekspor kita ke sana. Kemudian di 2019, mungkin saat itu sedang booming-nya porang, waktu itu menjadi komoditas yang seksi sehingga ekspornya besar,” kata Aprida.

Pada periode pelarangan ekspor, yaitu 1 Juni 2020 hingga 30 Juni 2022, masih tercatat ada ekspor walau amat kecil, yaitu 785.373 kg di 2020 (per 1 Juni), 71.000 kg di 2021, dan nihil di 2022 (Januari-30 Juni). 

Selain ke China, Indonesia juga mengekspor serpih porang kering ke Taiwan, Jepang, Makau, Italia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Australia. “Saat ekspor kita ditutup ke Tiongkok, di tahun 2020 ekspor kita ke Thailand dan Vietnam melonjak tajam. Dan pada 2021 muncul ada Thailand, Vietnam, dan Malaysia,” kata Aprida.

Kementan melalui Barantan melakukan beragam upaya agar ekspor serpih porang kering bisa kembali masuk ke China. Antara lain melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait ihwal ekspor komoditi tersebut, melakukan negosiasi bilateral antara China dan Indonesia, melakukan bimbingan teknis protokol kepada pihak-pihak yang terkait dalam budidaya porang dari hilir hingga hulu. 

Juga meregistrasi kebun porang, rumah kemas, instalasi karantina dan fasilitas ekspor, bahkan melakukan bimbingan teknis registrasi China Import Food Enterprises Registration (CIFER). Juga melakukan sertifikasi fitosanitari oleh petugas karantina tumbuhan terhadap komoditas pertanian yang diekspor untuk penerbitan sertifikat kesehatan tumbuhan. 

Yang tidak kalah penting, kata Aprida, melakukan bimbingan teknis pemenuhan persyaratan protokol dan mengevaluasi konsistensi penerapan protokol yang telah disepakati antara Indonesia dan China. “Negosiasinya panjang dan intens. Kami dibantu beberapa eksportir yang berbagi informasi kepada kami bagaimana cara produksi porang,” kata Aprida.

img
Tim copywriter
Reporter
img
Tim copywriter
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan