Ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat (AS) berpotensi terus berkembang. Peluang ini kian terbuka lantaran produk udang di pasar AS sudah tidak dikenakan tarif bea masuk bagi semua negara eksportir.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Artati Widiarti mengungkapkan, produk udang yang memiliki pangsa besar besar di AS, di antaranya shrimp warm-water peeled frozen (udang kupas beku), shrimp breaded frozen (udang tepung beku), dan shrimp warm-water shell-on frozen (udang utuh beku) dari size 15/20 sampai size 51/60.
"Pangsa pasar produk udang di AS yang besar dengan tren positif tersebut, Indonesia pun memiliki daya saing terkait produk dimaksud," kata Artati dalam keterangannya, Selasa (22/6).
Guna mendorong peningkatan ekspor, Artati menyoroti tidak hanya peningkatan produksi. Tetapi juga adanya efisiensi dan inovasi produksi, dari hulu ke hilir dan distribusi agar menghasilkan produk udang yang berdaya bersaing.
Sehingga tidak hanya harga udang Indonesia yang lebih kompetitif, tetapi sekaligus menciptakan citra produk yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara kompetitor.
"Untuk itu, pemenuhan kepatuhan sesuai persyaratan negara tujuan ekspor, baik persyaratan dari pemerintah maupun persyaratan khusus dari importir (buyers) patut kita penuhi," ujarnya.
Sebagai gambaran, berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries, pada April 2021, nilai impor udang AS mencapai US$514,2 juta atau meningkat sebesar 17% dibanding April 2020.
Dari sisi volume, impor udang AS pada April 2021 sebesar 611.000 ton atau meningkat sebesar 18,2% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara udang yang berasal dari Indonesia sejak Januari-April 2021 sebesar US$503,8 juta atau 24,1% dri total impor dengan volume 580.000 ton atau 23,5% dari total volume impor.
Senada dengan Artati, Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP Machmud menjelaskan, berdasarkan data tersebut terlihat adanya tren positif pertumbuhan permintaan udang di pasar AS yang tentu menjadi peluang bagi Indonesia sebagai salah satu produsen utama udang dunia untuk mengisi pasar tersebut.
Machmud pun menerangkan adanya tren penurunan ekspor udang India sebagai pemasok terbesar ke pasar AS. Dalam kurun waktu Januari-April 2021, tren penurunan udang dari India ke AS mencapai 5,9% menurut nilai dan 6,0% menurut volume atau turun sekitar US$46,3 juta atau 55.000 ton, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peluang bagi negara produsen udang dunia lainnya (termasuk Indonesia) untuk mengisi pasar udang di AS," ucap Machmud.
Tak hanya itu, produk utama India seperti shrimp warm-water shell-on frozen (udang utuh beku) size 21/25 juga mengalami tren penurunan sangat drastis hingga 50,2%. Sebaliknya, Indonesia mengalami tren positif dengan peningkatan sebesar 38,5%.
"Ini bisa jadi momentum, untuk itu kami mendorong sekaligus mengajak pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing produk udang Indonesia sekaligus merebut dan menguasai pasar AS," tutur Artati.