PT Elnusa Tbk. (ELSA) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp1,4 triliun pada 2020. Direktur Keuangan Elnusa Hery Setiawan menjelaskan capex ini rencananya akan digunakan untuk fabrikasi hydraulic workover unit untuk jasa kerja ulang sumur dan pembangunan infrastruktur bisnis hilir Pertamina.
"Kami merupakan market leader jasa kerja ulang sumur di Indonesia,” jelas Hery dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (18/2).
Hery mengungkapkan Elnusa saat ini tengah menjajaki beberapa model sumber pendanaan untuk belanja modal ini. Rencananya, sumber pendanaan ini akan berasal dari internal maupun eksternal
Dengan rencana kerja tersebut, Hery mengatakan, Elnusa menargetkan pertumbuhan pendapatan usaha berkisar Rp9,1 triliun, atau tumbuh di atas 8% tahun ini. Laba bersih konsolidasi diharapkan tercapai di atas Rp400 miliar.
“Melihat prospek bisnis ke depan, kami optimis bisa mencapai target kinerja tahun 2020 ini,” ujar Hery.
Sementara itu, realisasi belanja modal Elnusa tahun 2019 tercapai Rp700 miliar atau terserap 70% dari target awal Rp1 triliun. Hery mengatakan capex tersebut digunakan untuk berbagai investasi yang mendukung pertumbuhan bisnis.
Beberapa di antaranya adalah investasi ocean bottom nodes untuk survei seismik laut dan akuisisi depot LPG Amurang di Sulawesi Utara.
Kinerja 2019
Elnusa membukukan pendapatan usaha konsolidasi sebesar Rp8,4 triliun, tumbuh 27% (year on year/yoy) dibandingkan perolehan tahun 2018 sebesar Rp6,6 triliun.
Pendapatan usaha konsolidasi ini dikontribusikan melalui segmen jasa distribusi dan logistik energi sebesar 49%, jasa hulu minyak dan gas (migas) 46%, dan jasa penunjang 5%. Selain itu, jasa hulu migas juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 45%, dari sebelumnya Rp2,6 triliun pada tahun 2018, menjadi Rp3,8 triliun di tahun 2019.
Sementara, dari sisi laba bersih konsolidasi, anak usaha Pertamina ini mencatatkan pertumbuhan 29% menjadi Rp356 miliar pada 2019, dibandingkan perolehan tahun 2018 sebesar Rp276 miliar. Kontribusi laba bersih didominasi oleh segmen jasa distribusi & logistik energi.
Herry menjelaskan kinerja keuangan 2019 Elnusa dipengaruhi banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah penurunan harga minyak dunia dan peralihan blok terminasi ke Pertamina.
Turunnya harga minyak, kata Hery, menyebabkan permintaan diskon besar harga jasa migas Elnusa. Sebaliknya, peningkatan harga minyak tidak secara langsung meningkatkan harga jasa migas Elnusa, namun menggairahkan aktivitas eksplorasi migas. Sementara itu, peralihan blok terminasi ke Pertamina dan gairah aktivitas eksplorasi migas memberikan peluang positif Elnusa.
"Jasa hulu migas kami optimalkan sehingga mampu beradaptasi terhadap penurunan harga minyak dunia dan meraih berbagai peluang," kata Hery, melalui keterangan resmi, Selasa (18/2).
Hery melanjutkan pertumbuhan pendapatan usaha maupun laba bersih konsolidasi tahun ini sangat signifikan di atas 25% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara, rasio profitabilitas masih perlu beradaptasi terhadap berbagai faktor eksternal. Elnusa mencatat marjin laba bersih naik tipis menjadi 4,3% dari sebelumnya 4,2% (yoy).
"Walaupun marjin laba bersih belum ideal, pertumbuhan pendapatan usaha maupun laba bersih konsolidasi Elnusa sangat signifikan. Berbekal rencana kerja 2020, kami meyakini lana bersih akan tumbuh lebih tinggi lagi," tutur Hery.