close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Hari ini hasil dari rapat Dewan Dewan Gubernur Bank Indonesia menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate akan diumumkan./Antara Foto
icon caption
Hari ini hasil dari rapat Dewan Dewan Gubernur Bank Indonesia menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate akan diumumkan./Antara Foto
Bisnis
Kamis, 18 Juli 2019 10:46

Era bunga murah, BI mesti pangkas suku bunga

Merujuk pada negara-negara yang telah menurunkan suku bunga acuannya, tidak ada alasan BI mempertahankan suku bunga.
swipe

Menjelang pengumuman suku bunga acuan pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mungkin bisa mencontoh kebijakan yang dipilih Bank of Korea. 

Secara tidak terduga, Bank of Korea (BOK) memangkas suku bunga kebijakan untuk pertama kali dalam tiga tahun. 

Pilihan memangkas suku bunga ini dilakukan berkaca pada kondisi perselisihan perdagangan global, salah satunya dengan Jepang. Selain juga tekanan dalam negeri yang dinilai dapat meningkatkan risiko bagi ekonomi negara ginseng yang telah melambat.  

Dewan (BOK) mengumumkan kebijakan moneternya dengan memilih tingkat dasar KROCRT=ECI sebesar 25 basis poin menjadi 1,5%. 

Dewan (BOK) mempertimbangkan kondisi terkini. Yakni, laju pertumbuhan ekonomi global yang dinilai terus melambat karena adanya perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. 

Harga saham dan nilai tukar mata uang Won Korea-AS juga mengalami fluktuasi. Ini dipengaruhi sengketa perdagangan AS-Cina dan pembatasan ekspor Jepang. Tingkat kenaikan pinjaman rumah tangga terus melambat, sementara harga rumah terus mengalami tren turun. 

Sebelum Korea Selatan, negara lain telah memangkas suku bunga acuan mereka. 

India misalnya, lewat Reserve Bank of India (RBI) telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Ekonomi yang tumbuh lambat sejak empat tahun menjadi pertimbangan bank sentral menetapkan bunga sebesar 5,75% dari sebelumnya 6%.

Komite Kebijakan Moneter (MPC) RBI dalam sebuah pernyataan menyatakan, telah terjadi perlambatan tajam dalam aktivitas investasi seiring dengan moderasi yang berkelanjutan dalam pertumbuhan konsumsi swasta. Kondisi ini dinilai menjadi masalah yang memprihatinkan. 

Perdana Menteri Narendra Modi yang memasuki masa jabatan kedua setelah kemenangan pemilihan umum tahun ini, meluncurkan gelombang baru reformasi ekonomi ke level tertinggi. Maka, salah satu stimulusnya adalah memangkas suku bunga acuan. 

Langkah RBI juga ditiru The Reserve Bank of Australia's (RBA) yang pada awal Juni memangkas suku bunga acuannya. Australia telah memangkas suku bunganya menjadi 1,25%. 

Bahkan terbuka peluang kembali menurunkan suku bunga demi menghidupkan kembali ekonomi yang lesu dan mengurangi pengangguran. 

Gubernur RBA menilai pelonggaran kebijakan moneter akan mendukung pertumbuhan lapangan kerja dan memberikan keyakinan yang lebih besar kalau inflasi akan konsisten sesuai target jangka menengah.  

RBA memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level terendah historis 1%. Bank sentral mengatakan akan kembali memangkasnya jika diperlukan untuk mendukung pertumbuhan.

Sinyal The Fed

Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed diperkirakan juga bakal memangkas suku bunga pada bulan ini. Presiden AS Donald Trump memang telah meminta pejabat The Fed untuk segera memangkas suku bunga. 

Permintaan Trump kemungkinan akan diamini oleh pejabat bank sentral. Sebab saat ini AS sedang khawatir tentang inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan berdampak pada ekonomi AS.

Federal Reserve telah memberikan petunjuk kuat akan memotong suku bunga pada akhir Juli. Meksi ekonomi AS masih dinilai masih cukup baik. 

Rencana penurunan suku bunga juga jadi pertimbangan Singapura dan Vietnam. Kedua negara di kawasan Asian Tenggara tersebut mulai mewaspadai perlambatan ekonomi yang terjadi. 

Sementara Bank Sentral Indonesia baru akan mengumumkan bunga acuannya pada Kamis (18/7). Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) sebesar 6% sejak November 2018 lalu. 

Ada peluang BI hari ini akan memangkas suku bunga acuan. Ini dilakukan demi meningkatkan kinerja kebijakan moneter. 

Sebagaimana diketahui, perubahan suku bunga akan mengubah biaya pinjaman atau pendapatan dari tabungan. Kemudian akan berpengaruh pada pengeluaran, terutama untuk investasi usaha, perumahan, dan pengeluaran konsumsi barang-barang tahan lama. 

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, The Fed menjadi rujukan BI untuk memangkas BI Rate. Josua menilai BI perlu memangkas suku bunga acuannya di tengah tekanan ekonomi eksternal. 

"Ekspektasi posisi (stance) kebijakan moneter yang longgar dari Bank Sentral negara-negara maju, salah satunya The Fed yang diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25-50 basis poin pada tahun ini sejalan dengan perlambatan ekonomi AS yang terindikasi dari proyeksi inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan awal," seperti dikutip Antara

Josua menilai penurunan suku bunga acuan akan menjadi stimulus yang efektif dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah risiko perlambatan ekonomi global pada tahun ini. Adapun, Bank Sentral menargetkan pertumbuhan ekonomi akan berada di 5,0% hingga 5,4% pada tahun ini.

 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Fultri Sri Ratu Handayani
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan