close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kantor./Foto Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi kantor./Foto Pixabay.com
Bisnis
Senin, 03 Februari 2025 13:08

Era tenaga kerja yang perlahan tergantikan kecerdasan buatan

Teknologi perlahan menggantikan manusia dalam banyak sektor pekerjaan.
swipe

Tidak ada industri yang kebal terhadap artificial intelligence (AI). Lembaga riset Bloomberg Intelligence, dikutip dari Forbes, memprediksi bank-bank besar di Wall Street, Amerika Serikat akan memangkas hingga 200.000 pekerjaan dalam tiga hingga lima tahun ke depan karena AI.

Pengurangan tenaga kerja yang signifikan ini disebabkan kemampuan AI untuk melakukan tugas-tugas yang biasa dikerjakan manusia dengan lebih efisien dan akurat. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akan segera terjadi diperkirakan bakal berdampak, terutama pada bagian administrasi, kantor pusat, dan departemen operasional.

Jabatan yang melibatkan analisis data, penilaian tren keuangan, dan evaluasi risiko sangat rentan karena sistem AI bisa memproses sejumlah besar informasi dan mendapatkan hasil dengan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan manusia.

Posisi level pemula pun menghadapi masa depan yang tak menentu karena perusahaan keuangan mempertimbangkan memangkas perekrutan baru sebanyak dua pertiga lantaran AI mengambil alih tanggung jawab yang dilakukan analis junior.

Dalam laporan World Economic Forum (WEF) berjudul Future of Jobs Report 2025 pun mengungkap beberapa bidang pekerjaan yang akan mengalami penurunan tenaga kerja terbesar hingga lima tahun ke depan karena AI, otomatisasi, dan transformasi digital. Bahkan pekerjaan-pekerjaan tersebut diprediksi akan hilang pada 2030.

“Bukan hanya sektor bank, tetapi juga sektor lainnya. Contoh di beberapa supermarket sudah mengurangi tenaga kerja manusia untuk kasir. Mereka menggantinya dengan mesin di mana pembeli membayar dengan melakukan scan barcode barang yang dibeli dan membayarnya dengan kartu,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti kepada Alinea.id, Sabtu (1/2).

Di banyak restoran siap saji, dampak tergantikannya tenaga kerja manusia dengan AI dan mesin juga terlihat. Menurut Esther, untuk mengatasi pengangguran yang terjadi, sektor perbankan perlu melakukan mitigasi dengan meningkatkan sumber daya manusia. Tujuannya, supaya mampu beradaptasi dengan perubahan industri yang menuju penggunaan kecerdasan buatan.

“Tenaga kerja seharusnya mengisi lowongan pekerjaan yang bukan bersifat clerical yang bisa tergantikan dengan mesin,” ujar Esther.

Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, sebenarnya beberapa pekerjaan sudah diambil alih teknologi. Misalnya penjaga gerbang tol yang digantikan oleh mesin tap kartu.

Peralihan dari manusia ke teknologi, disebut Nailul bakal menimbulkan gejolak dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Namun, ekonomi pasti akan menyesuaikan dengan sendirinya.

“Penawaran tenaga kerja akan ke arah penggunaan teknologi dan sebagainya. Maka, negara yang mampu menyiapkan sumber daya manusia yang adaptif dengan teknologi yang akan banyak mensuplai tenaga kerja,” tutur Nailul, Sabtu (1/2).

“Salah satu contohnya ya India, yang banyak mensuplai tenaga kerja bidang teknologi dalam beberapa tahun terakhir. Begitu pula dengan Singapura, yang banyak mensuplai tenaga kerja digital di Indonesia.”

Terkait tenaga kerja di perbankan, Nailul menilai, semua karyawannya harus adaptif. Sebab, beberapa perbankan di Indonesia sudah punya layanan kecerdasan buatan untuk mengganti pelayanan konsumen.

“Pemerintah tentu perlu menyiapkan SDM yang kompetitif untuk bersaing. Bukan bersaing dengan AI, tapi dengan SDM negara lain untuk adaptasi dengan AI,” ucap Nailul.

“Misalkan pemanfaatan AI untuk bidang kreativitas yang saya rasa bisa dimanfaatkan oleh SDM yang bergerak di sektor ekonomi kreatif. Pola baju tentu saja bisa dibikin oleh AI, namun makna dari pola baju akan sangat bergantung dari SDM-nya.”

Terpisah, peneliti di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andy Ahmad Zaelany menjelaskan, era kecerdasan buatan membuat persaingan semakin ketat dalam meningkatkan produksi serta menghasilkan barang dan jasa.

Teknologi, kata Andy, sudah membuat proses produksi semakin efisien, cepat, dan dengan biaya lebih murah. Imbasnya, jumlah pekerja yang terlibat dalam produksi semakin sedikit.

“Tidaklah mengherankan bila beberapa jenis pekerjaan akhirnya hilang. Tapi, di sisi lain, teknologi juga memunculkan jenis-jenis pekerjaan baru, atau jenis pekerjaan yang sama dengan cara-cara yang berbeda sama sekali,” kata Andy, Minggu (2/2).

“Perbankan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari dinamika teknologi tersebut.”

Dia menyarankan, pekerja di sektor perbankan yang akan menghadapi pengurangan tenaga kerja, harus bisa beradaptasi dengan mempelajari cara-cara baru melalui inovasi teknologi kecerdasan buatan.

“Atau mempelajari skill-skill baru untuk mengembangkan jenis pekerjaan baru, dengan bantuan teknologi yang baru pula,” tutur Andy.

“Bertahan pada teknologi yang konvensional hanya akan menyebabkan suatu sektor usaha, seperti perbankan ketinggalan, tidak efisien, dan akan kalah bersaing dengan perbankan lain.”

Andy menilai, munculnya teknologi baru yang telah memberikan dampak berkurangnya pekerja pada suatu usaha perbankan harus disiasati dengan upaya diversifikasi usaha di sektor perbankan, yang bisa menampung pekerja-pekerja yang ada agar tidak terkena PHK.

“Atau pilihan lain membuat usaha baru yang berbeda yang non-perbankan, dengan menyiapkan skill-skill baru bagi pekerjanya,” ucap Andy.

Dia mengatakan, pemerintah seharusnya juga memberikan kemudahan untuk meringankan tekanan yang sedang dialami banyak perusahaan karena perubahan model sumber daya. Misalnya dengan mempermudah perizinan, meringankan pajak dan biaya izin, jaminan sosial, serta mempermudah pemberian kredit.

“Selain itu, pemberian pelatihan-pelatihan untuk penggunaan inovasi teknologi, maupun pelatihan-pelatihan untuk keterampilan baru yang lebih sesuai dengan perkembangan yang ada,” ujar Andy.

“Sementara dari sisi perbankan harus fleksibel untuk mengembangkan usahanya dengan penggunaan teknologi yang baru.”

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan