Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyoroti urgensi kondisi perekonomian di Pulau Nias. Menurutnya, Pulau Nias perlu jadi perhatian sebab kabupaten yang ada di pulau paling Barat Indonesia ini tergolong tertinggal, termasuk jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di Provinsi Sumatera Utara.
Diungkapkan Erick, terdapat sejumlah opsi yang dapat diErick Thohir menyoroti urgensi kondisi perekonomian di Pulau Niaspersiapkan untuk meningkatkan kualitas perekonomian di Pulau Nias. Salah satunya, yakni dalam jangka pendek melalui penguatan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program PNM Mekaar.
"Dalam jangka pendek, bagaimana program KUR dan PNM Mekaar ini kita tingkatkan. Lalu ada potensi perkebunan kelapa yang mungkin bisa dilakukan industrialisasi," kata Erick dalam keterangan resmi, Nunggu (8/1).
Saat ini, KUR yang tersalurkan di seluruh Pulau Nias baru mencapai Rp300 miliar, dan menyentuh 7.580 nasabah. Penerima bantuan pada program PNM Mekaar adalah 7.500 ibu-ibu dengan nilai total Rp24 miliar, masing-masing menerima dukungan pembiayaan sekitar Rp1 juta hingga Rp 4 juta. Statistik itu, bagi Erick, masih belum cukup.
Erick juga melirik komoditas utama yang banyak ditemukan di Pulau Nias sebagai basis pengembangan ke depan, antara lain perkebunan kelapa. Erick berkeinginan menerapkan pengembangan di Nias seperti yang dilakukan di Deli Serdang.
Dalam kunjungannya meninjau proyek pembangunan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di Deli Serdang untuk produksi minyak makan merah, pengembangannya tidak menekankan pada BUMN. Namun, menekankan pada keterlibatan petani secara lebih maksimal melalui koperasi petani.
"Seperti kemarin, di Deli Serdang kami melakukan pembangunan pabrik minyak goreng merah, yang harganya Rp2.000 lebih murah. Dan disitu ada vitamin A dan E. BUMN koordinasi dengan para petani, membangun koperasi petani, bukan BUMN terus, tetapi dibangun ekosistemnya,” ujar dia.
Di sisi lain, Erick menuturkan, pihaknya juga mengupayakan persiapan jangka panjang. Ia menyebut telah melakukan dialog dengan para pimpinan daerah di Nias. Hal ini dilakukan untuk mengangkat masukan terkait masa depan pengembangan ekonomi Pulau Nias.
Terdapat sejumlah alternatif jangka panjang, antara lain dengan menjadikan Nias sebagai pusat wisata, seperti Labuan Bajo dan Mandalika, atau menjadi kawasan kelautan terpadu.
“Tadi kami sudah berbicara dari hati ke hati dengan pimpinan daerah. Bagaimana bersama pemerintah pusat kami melakukan pembangunan Nias ini secara menyeluruh. Jadi tidak parsial satu per satu. Ini yang akan disampaikan Pimpinan Daerah kepada Bapak Presiden sebagai prioritas pembangunan di Pulau Nias,” tutur dia.
Untuk diketahui, Erick baru saja mendapatkan kehormatan dari masyarakat Pulau Nias berupa pengakuan menjadi bagian dari Marga Zebua. Dengan kehormatan ini, Erick telah dianggap sebagai warga Pulau Nias.
Pemberian gelar adat Nias tersebut ditetapkan melalui musyawarah para tetua adat. Erick menyadari, penyematan suatu gelar kehormatan pasti diiringi tanggung jawab dan darma bakti yang harus diemban.
"Ini adalah sebuah kehormatan luar biasa bagi saya sebagai bagian dari warga Zebua, dan menjadi bagian dari warga Pulau Nias. Karena itu, tidak mungkin kita meninggalkan saudara -saudara kita yang tertinggal di berbagai wilayah," ujar Erick.