Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), meresmikan fasilitas pembuat es tenaga surya atau solar ice maker (SIM) di Sulamu, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Pembuat es tenaga surya tersebut merupakan hasil kerja sama Kementerian ESDM dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dalam proyek Strategic Exploration of Economic Mitigation Potentials through Renewables (ExploRE).
Country Director GIZ Indonesia Martin Hansen menyampaikan, proyek ini bertujuan memenuhi sistem pendingin bagi para nelayan karena banyak hasil tangkapan ikan di wilayah terpencil Indonesia yang terbuang. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya akses terhadap es maupun mesin pendingin untuk mengawetkan ikan.
Di Sulamu, fasilitas pabrik es dan penyimpanan dingin hanya berada di Pelabuhan Oeba yang jaraknya 85 kilometer.
"Di Sulamu sendiri kadang-kadang bisa mengalami 15% kerugian dari ikan yang terbuang itu," ucap Hansen di Sulamu, NTT, dalam kegiatannya yang dipantau online, Selasa (1/11).
Di sisi lain, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, dengan hadirnya teknologi tersebut nelayan dapat menjaga kualitas ikan hasil tangkapan mereka.
"Mudah-mudahan dengan adanya teknologi ini, kita bisa mengembangkan dan menjaga kualitas produk kita. Selain itu, kita juga bisa melakukan ekspor ke depannya," kata Feby.
Lebih lanjut, Feby berharap pembuat es tenaga surya ini dapat dibangun di wilayah terpencil penghasil ikan lainnya.
"Kami sangat berharap teknologi solar ice maker ini tidak berhenti di sini, tetapi dapat direplikasi, kemudian juga disebarluaskan, serta tentu RnD (research and development) teknologi ini juga kita dorong untuk mendukung upaya transisi energi yang berbasis masyarakat," jelas Feby.
Adapun proyek mesin pembuat es tenaga surya ini mulai berjalan sejak 2017. Setelah dilakukan optimalisasi teknologi pada 2019, fasilitas ini kemudian mulai dibangun pada 2020 di Sulamu.
Meski kemajuannya sempat tersendat akibat pandemi Covid-19, pembangunan mesin ini dapat diselesaikan dan mulai beroperasi pada 22 Mei 2022.