Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali wacanakan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) RON 88 atau Premium. Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan usulan penghapusan Premium bukan hal baru, bahkan sudah sejak 2015.
"Ini kan sudah kami usulkan pada 2015 awal. Bunuh Premium, karena Premium sudah tidak diproduksi di mana-mana," paparnya dalam webinar 'Evaluasi dan Outlook 2022 Ekonomi Politik Indonesia' Jumat (31/12).
Faisal menyebut, harga Premium ini setara dengan Pertamax RON 95 di Malaysia. Sehingga sebenarnya dia sebut Indonesia bisa menjual Pertamax dengan harga Pertalite.
"Dibereskan dulu ini Pertaminanya, dibereskan dulu tata niaganya, dibereskan dulu sistem penentuan harganya," jelasnya.
Dia mengingatkan ke PT Pertamina (Persero) jika mereka sudah mendapatkan keuntungan besar saat harga minyak bumi turun. Tetapi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak diturunkan.
"Kemana itu uangnya, kalau dikelola baik waktu harga minyak naik, kita punya tabungan. Ini mekanisme stabilisasi," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, meski demikian perlu ada konsen dan empati kepada Pertamina karena Pertamina diwajibkan menjual Pertamax RON 92 dengan harga Rp9.000-an.
"Ini sudah rugi Pertamina, Shell kan setara Super sudah Rp13.000-an," ucapnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, tata kelola ini perlu dibereskan. Agar masyarakat bisa membeli BBM dengan harga sekarang namun dengan kualitas yang lebih baik.