Ekonom dan politikus Faisal Basri, mengatakan rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) 2023 belum dibahas tuntas hingga saat ini. Pasalnya, Faisal melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mengalami kenaikan terbesar di angka 60% sampai 2023 mendatang.
“Subsidi naik 47,3%, belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal juga hanya sedikit peningkatannya. Bantuan sosial naik 32% karena Covid-19 saja. Kalau digabung, belanja pemerintah pusat paling banyak naik untuk bayar bunga, 230,8%,” ucap Faisal dalam rapat daring Indonesia Leadership Talk, Jumat (19/8).
Faisal menganggap pernyataan pemerintah mengenai pengeluaran yang tembus hingga Rp3000 triliun merupakan suatu hal yang tidak dapat dibanggakan. Menurut Faisal, kenaikan tersebut bukan ditujukan untuk rakyat, melainkan karena beban bunga negara yang jumlahnya naik tajam.
“Dari 2014, bayar bunga hanya Rp133 triliun, tapi tahun depan mencapai Rp441,4 triliun. Artinya, walaupun pemerintah mengatakan utang aman, tetapi bebannya sudah sangat berat. Mencapai 20% dari pengeluaran pemerintah pusat, sehingga harus mengorbankan belanja yang esensial,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga dianggap kurang berperan dalam faktor pertumbuhan ekonomi lantaran tidak mampu meningkatkan harga pajak. Dalam pemaparannya, Faisal menyebut peningkatan rasio pajak tahun ini naik cukup tajam, dari 9,1% ke 10,3%. Namun, hal itu bukan disebabkan oleh upaya pemerintah, melainkan karena faktor komoditas yang mengalami peningkatan harga.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director Political Economy and Policy Studiesi (PEPS), Antony Budiawan, memberi peringatan mengenai beberapa risiko fiskal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara secara makro.
“Pertama adalah harga minyak mentah, US$90 sampai US$110 per barel. Kedua, lifting minyak bumi sebesar 660-680 per barel setiap harinya. Kalau kita lihat realisasi selama semester I, berarti hanya 616,6 ribu barel per hari,” kata Antony.
Sementara itu, Antony juga memberi penjelasan terkait ekonomi global yang saat ini sedang berupaya melawan inflasi. Dia mengatakan, negara-negara di dunia akan meningkatkan suku bunga sampai inflasi mampu dikendalikan, terutama negara maju yang kini mulai mematok inflasi sebesar 2%.