close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kendaraan melintas dengan latar belakang matahari tenggelam (sunset) di kawasan Ibu Kota Jakarta, Minggu (31/12). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diprediksi akan mengalami lonjakan, pemerintah pun menargetkan pada 2018 pertumbuhan ekonomi 20
icon caption
Kendaraan melintas dengan latar belakang matahari tenggelam (sunset) di kawasan Ibu Kota Jakarta, Minggu (31/12). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diprediksi akan mengalami lonjakan, pemerintah pun menargetkan pada 2018 pertumbuhan ekonomi 20
Bisnis
Selasa, 16 Januari 2018 18:32

Fiskal terbatas, pertumbuhan ekonomi 2018 diramal 5,3%

Anggaran belanja pemerintah tahun ini naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 2.221 triliun, fokus untuk kebijakan populis.
swipe

DBS Group Research memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai 5,3%. Angka itu di atas prediksi pertumbuhan ekonomi pemerintah di 2017 yang sebesar 5,05%. 

Prediksi itu tak jauh berbeda dibandingkan target pemerintah dalam APBN 2018 yang mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%.

Analis DBS Vickers Securities Tiesha Putri mengatakan pertumbuhan ekonomi 2018 akan didorong oleh peningkatan investasi di dalam negeri. "Investasi swasta diandalkan dengan terbatasnya ruang fiskal pemerintah," ujar Tiesha. Jakarta. 

Keterbatasan fiskal disebabkan oleh defisit 2018 yang diprediksi mencapai 2,6% atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan pemerintah yang sebesar 2,2%. Tingginya defisit disebabkan penerimaan pajak yang diduga tak capai target. 

Di sisi lain, anggaran belanja pemerintah tahun ini hanya naik 4% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 2.221 triliun. Dari anggaran itu, pemerintah fokus menerapkan kebijakan populis melalui sejumlah stimulus fiskal untuk menjaga konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah. Pemerintah tidak akan menaikkan tarif listrik dengan menaikkan anggaran subsidi energi sebesar 5% menjadi Rp 94,5 triliun.

Anggaran Program Keluarga Harapan (PKH) yang bisa digunakan warga untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari juga melonjak. Semula, pemerintah hanya mematok dana Rp 1,7 triliun yang mencakup 6 juta keluarga sasaran pada 2017, menjadi Rp 20,8 triliun meliputi 10 juta keluarga di 2018.

Kendati demikian, konsumsi rumah tangga diperkirakan kembali pulih pada tahun ini sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejumlah indikator menunjukkan adanya peningkatan optimisme konsumen yang terlihat dari kenaikan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Desember 2017 ke 126,4 poin. "Kondisi tersebut didukung oleh adanya perbaikan makro ekonomi serta kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus kepada masyarakat," kata Tiesha.

Pada kuartal III tahun lalu, konsumsi rumah tangga tercatat turun  menjadi 4,93%, dibandingkan kuartal sebelumnya yang sekitar 4,95%. Kenaikan tarif listrik pada Januari dan Mei menjadi pemicu lesunya tingkat konsumsi masyarakat.

Akibatnya, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2017 tercatat sebesar 5,06% atau lebih rendah dari target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 5,18%. "Konsumsi rumah tangga menjadi faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada 2017," ujar Tiesha.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan