PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) menyampaikan perseroan tidak akan melakukan ekspansi tahun ini karena fokus mengatur kinerja di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan tahun ini Kimia Farma tidak melakukan pengembangan anorganik dengan mengakuisisi perusahaan lain seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
"Tahun 2020 kami tak melakukan ekspansi, tapi fokus pada pengembangan produk dan bisnis yang terkait erat dengan bisnis inti," ujar Verdi dalam paparan publik Kimia Farma, Rabu (29/7).
Verdi mengatakan pengembangan produk Kimia Farma telah dilakukan tim new product development, baik untuk obat yang berkaitan dengan Covid-19, maupun non-Covid-19. Belanja modal (capital expenditure/capex) Kimia Farma yang dialokasikan untuk ekspansi anorganik digunakan untuk pengembangan produk.
Direktur Keuangan Kimia Farma Pardiman mengatakan tahun ini emiten berkode saham KAEF ini mengalokasikan capex sebesar Rp547 miliar. Capex yang berasal dari pendanaan internal tersebut telah terserap sejumlah 54% atau Rp295 miliar hingga Juni 2020.
"Capex akan digunakan untuk pengembangan apotek, klinik, fasilitas bahan baku obat, dan pengembangan fasilitas produksi," kata Pardiman.
Percaya diri hadapi 2020
Dengan langkah pengembangan tersebut, Verdi mengatakan Kimia Farma percaya diri menghadapi sisa 2020. Dia menilai kinerja KAEF tidak akan seperti anak usahanya, PT Phapros Tbk. (PEHA), yang mencatatkan kerugian pada kuartal I-2020.
Verdi menuturkan, tidak seperti PEHA yang memiliki produk backbone Antimo, KAEF memiliki ragam jenis produk yang beragam dan memberikan margin yang baik.
"Semester I-2020 karena ada pandemi, hampir tidak ada orang yang bepergian, otomatis kontribusi terbesar revenue dan kontribusi terbesar dari Phapros tergerus. Memang Phapros melakukan diversifikasi dengan mendorong penjualan vitamin dan suplemen, tapi hal tersebut belum bisa menggantikan margin Phapros," ujarnya
Sementara Direktur Pengembangan Bisnis KAEF Imam Fathorrahman yakin apa yang terjadi di Phapros, tidak terjadi di KAEF. Pasalnya, perusahaan memiliki produk yang beragam, mulai dari obat generik, over the counter (OTC), hingga kosmetik.
"Kami lebih percaya diri di 2020, dapat menghasilkan margin yang baik karena memang bisnis kami masih terkendali," ucapnya.
Untuk diketahui pada kuartal I-2020, KAEF mencatatkan kenaikan penjualan bersih 32,41% menjadi Rp2,4 triliun dari Rp1,8 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Seiring dengan meningkatnya penjualan tersebut, laba bersih perseroan juga terkerek naik. Pada kuartal I-2020, Kimia Farma tercatat membukukan laba bersih Rp26,16 miliar, naik 26,81% dibandingkan kuartal I-2019 sebesar Rp20,63 miliar.