Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menilai, tembaga merupakan mineral strategis yang bisa memberikan manfaat kepada Indonesia. Tembaga juga bisa menjadi mineral masa depan karena memegang peran kunci pada industri ekstraktif saat ini.
"Tembaga ini dianggap sebagai ‘mineral masa depan’ (the mineral of the future) karena memiliki peran kunci dalam tren industri saat ini, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk mobil listrik dan energi terbarukan," kata Tony dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/10).
Dengan nilai strategis tersebut, Tony mengatakan, PTFI tidak hanya sekadar menambang sumber daya alam tersebut untuk mengejar keuntungan. Pasalnya, PTFI juga memerhatikan keberlanjutan lingkungan dalam menjalankan bisnisnya, ditambah dengan kebutuhan pasar global yang semakin besar.
"Pertambangan adalah industri ekstraktif yang mengubah bentang alam sehingga lingkungan dalam industri pertambangan menjadi isu yang tak luput dari perbincangan. Untuk itu, kami sudah merencanakan dan sedang merestorasi lingkungan yang terdampak, termasuk tailing areas (area penimbunan limbah)," tuturnya.
Soal proses penambangan PTFI, dia menyebutkan, sedang mengalami peningkatan. Apalagi secara target sudah mencapai kapasitas hampir 100% dari yang direncanakan pada tahun ini, yaitu sekitar 200.000 ton bijih per hari.
"PTFI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 220.000 ton bijih per hari, yang diharapkan akan menghasilkan 1,7 miliar pon tembaga dan 1,9 juta ons emas," jelasnya.
Lantas berkaitan dengan komitmen PTFI terhadap keberlanjutan lingkungan, Tony mengatakan, ada lebih dari 1.600 hektare lahan operasional PTFI yang telah direhabilitasi. Saat ini, area tersebut sudah kembali menjadi area bervegetasi. Selain itu, sudah lebih dari 400 hektare area overburden juga telah mengalami proses serupa.
"Hal ini mencerminkan komitmen PTFI dalam menjaga lingkungan," ujarnya.
Tony juga memaparkan bagaimana usaha PTFI dalam melakukan upaya hilirisasi dengan membangun smelter tembaga di Gresik. Melalui smelter, PTFI mengolah konsentrat tembaga menjadi produk yang lebih murni, seperti katoda tembaga dan emas batangan.
"PTFI juga sedang membangun smelter tembaga di Gresik, yang merupakan smelter single line terbesar di dunia. Perkembangan pembangunan proyek smelter telah mencapai 84% kemajuan sesuai dengan rencana dan diharapkan dapat beroperasi penuh pada akhir 2024," papar dia.
Tony juga menyampaikan komitmen PTFI untuk menyelesaikan pembangunan proyek smelter ini. Apalagi smelter dianggap sangat penting bagi Indonesia, dan mendukung visi Presiden Jokowi dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dengan peran penting tembaga di dalamny.
Selanjutnya, PTFI juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 30% pada 2023. "Sekarang ini kita telah mencapai sekitar 22%-23% dari target tersebut. Kami optimistis bisa mencapai target tersebut," katanya.