Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi berharap agar jalan tol menuju Pelabuhan Patimban segera dikerjakan oleh pemerintah.
Menurut Yohannes, untuk mengangkut kendaraan bermotor yang akan diekspor melalui pelabuhan tersebut dibutuhkan akses jalan yang baik dan mudah. Dengan demikian, dapat mendukung efektivitas proses pengangkutan kendaraan ke dalam kapal, dan menghemat ongkos logistik.
Lebih lagi, pemerintah memang menargetkan Pelabuhan Patimban yang dibangun di daerah Subang, Jawa Barat tersebut sebagai sarana angkut untuk ekspor kendaraan bermotor.
"Kami sangat mengharapkan bahwa jalan tol itu sudah bisa beroperasi penuh. Contohnya, satu kapal berangkat ke Timur Tengah untuk mengangkut ekspor dari Indonesia di Desember, satu kapal kira-kira isinya 5.000 kendaraan," katanya dalam diskusi online, Jumat (20/11).
Dengan jumlah 5.000 total kendaraan yang akan diekspor tersebut, lanjutnya, saat ini diangkut dengan truk trailer yang masing-masing berisi lima mobil. Dus, untuk mengangkut 5.000 kendaraan dibutuhkan 1.000 truk trailer ke Pelabuhan Patimban.
"Kalau jalannya belum masuk jalan tol, maka akan sangat lambat sekali. Apalagi kalau jalan tersebut masih jalan bukan tol, mungkin penduduk setempat akan gelisah juga, dan juga kalau berpapasan jadi lambat semuanya. Sehingga kami akan sangat tergantung oleh kesiapan jalan tol," ujarnya.
Selain jalan tol, dia juga berharap agar infrastruktur lainnya segera dibangun oleh pemerintah, seperti sarana dan prasarana listrik, saluran komunikasi dan transisi data yang baik, pergudangan dan keamanan, proses bongkar muat yang efisien, serta administrasi yang terpadu.
"Kalau kami harus memuat 5.000 kendaraan, mesti mengirim kendaraan tersebut ke Patimban, ditaruh di stock yard dan salam waktu bersamaan akan mulai masuk ke dalam kapal. Ini tentunya suatu kerja yang cukup besar, termasuk juga bea cukai dan segala macam yang baik," ucapnya.
Dia juga menyoroti soal biaya pengiriman yang kompetitif agar dapat bersaing di kawasan ASEAN. Pasalnya, dibandingkan negara lainnya biaya kirim barang Indonesia masih jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain di kawasan.
"Cost competitiveness jangan dilupakan, kita harus bisa kompetitif, kalau cost competitiveness-nya tidak kompetitif, tentunya akan jadi berat bagi kita," tuturnya.