close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi dalam pemaparannya di sesi panel diskusi dalam acara Energy Corner Special B35, Selasa (31/1). (Tangkapan layar youtube Kementerian Perekonomian RI)
icon caption
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi dalam pemaparannya di sesi panel diskusi dalam acara Energy Corner Special B35, Selasa (31/1). (Tangkapan layar youtube Kementerian Perekonomian RI)
Bisnis
Selasa, 31 Januari 2023 18:58

Gaikindo minta pemerintah terapkan B35 sesuai standar Euro 4

Gaikindo juga berharap jangan tinggalkan otomotif saat harga sawit melejit.
swipe

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi berharap, pemerintah dalam mengimplementasi penggunaan biodiesel 35% (B35) sesuai dengan ketentuan Euro 4 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutaanan (KLHK).

Menurut Yohannes, mulai 2022 kendaraan yang diproduksi di Indonesia harus sudah memenuhi standarisasi Euro 4, baik pada bahan bakar maupun emisi buangnya. Adapun yang dimaksud Euro 4 adalah bahan bakar bensin dengan kadar oktan minimal 91, bebas timbal, dan kandungan sulfurnya maksimum adalah 50 ppm.

“Kendaraan kami yang diproduksi mulai tahun 2022 sudah Euro 4, di mana kondisi bahan bakarnya sangat ketat. Sampai saat ini belum tersedia bahan bakar biodieselnya, baru ada Pertamina Dex yang normal,” kata Yohannes dalam pemaparannya di sesi panel diskusi dalam acara Energy Corner Special B35, Selasa (31/1).

Oleh karena itu, Yohannes juga berharap agar ke depannya pengembangan produksi B35 bisa sesuai untuk Euro 4. Hal ini menjadi penting karena diperkirakan secara rerata tiap tahunnya 230 ribu hingga 300 ribu kendaraan berbahan bakar diesel atau solar terjual di Indonesia.

Selain itu, Yohannes juga mengungkapkan tantangan yang harus dihadapi industri kendaraan bermotor dengan hadirnya B35. Pertama, meyakinkan konsumen bahwa bahan bakar biodiesel ini aman bagi kendaraan mereka. Sehingga menurut dia, Gaikindo juga ke depan akan menyusun kembali tata kelola service kendaraan agar lebih detail.

“B35 ini kan baru ya di dunia ini, dan belum ada di dunia lain. Sehingga kami mencoba meyakinkan konsumen untuk garansinya tidak gugur. Karena mungkin nanti ada yang namanya sifat higroskopis atau kandungan air di bahan bakar, jadi otomatis servicenya akan kita pikirkan lagi,” tutur Yohannes.

Yohannes juga meminta agar pemerintah tidak meninggalkan otomotif begitu saja ketika harga kelapa sawit melonjak. Seperti diketahui, B35 merupakan bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sebanyak 35%, ke dalam bahan bakar minyak (BBM) solar sebanyak 65%.

“Jangan sampai nanti harga kelapa sawit melonjak, terus kami di otomotif ditinggalkan. Intinya itu, kita harus jalan terus, tidak bisa berhenti di tengah jalan gitu saja,” katanya.

Sebelumnya juga disampaikan hasil uji B35 yang telah dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yaitu pada hasil pengujian Filter Blocking Tendency (FBT) menunjukkan penurunan nilai FBT pada B35 dibandingkan B30. Kemudian dengan perbaikan spesifikasi menjadi B100, untuk B35 tidak mengindikasikan peningkatan potensi pemblokiran filter.

Hasil berikutnya, pada pengujian Filter Rig Test pada sampel B35 di suhu 15 derajat Celcius dan 25 derajat Celcius, filter jenis I untuk berat kendaraan kurang dari 3,5 ton dan dioperasionalkan selama 72 jam atau 30 ribu kilometer (km), hasilnya menunjukkan perubahan tekanan (pressure drop) yang sama dengan B30 dan tidak mengindikasikan pemblokiran filter.

Sedangkan untuk filter jenis II untuk kendaraan dengan berat lebih dari 3,5 ton yang bergerak selama 60 jam atau 10 ribu km, menunjukkan adanya perubahan tekanan pada filter namun tidak mengindikasikan pemblokiran filter.

“Secara umum, implementasi B35 yang telah dilakukan penyesuaian spesifikasi biodiesel yaitu B100, untuk B35 khususnya parameter kandungan air, stabilitas oksidasi, dan kandungan monogliserida tidak mengindikasikan pemblokiran filter,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan