close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. kemenperin.go.id
icon caption
Ilustrasi. kemenperin.go.id
Bisnis
Senin, 19 April 2021 16:15

GAPMMI: Industri pengolahan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa

Ini menjadi tantangan, yakni membagikan bahan baku yang tumbuh di semua area di semua pulau, termasuk mendistribusikannya.
swipe

Pengurus Gapmmi Bidang Kerjasama Luar Negeri Iwan Winardi, mengungkap kesenjangan industri pengolahan di sektor makanan dan minuman yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Padahal, bahan baku lebih banyak tersebar di pulau-pulau lain di luar Jawa.

Hal ini dilontarkannya setelah mendengar keluhan dari berbagai pelaku usaha seperti di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Menurut mereka, lebih dari 52% industri pengolahan masih terdapat di Pulau Jawa.

"Teman-teman dari Sumatera mengeluhkan, sebenarnya bahan-bahan, baik itu kopi, ikan, dan seterusnya ada, tetapi hampir 52% terkonsentrasi di Pulau Jawa (pengolahannya). Sementara potensi lainnya baik di Sulawesi, Kalimantan, Papua ini masih di bawah 10%," katanya dalam acara 500K Eksportir Baru, Senin (19/4).

Menurut Iwan, hal ini menjadi tantangan ke depan. Bagaimana mendistribusikan berbagai produk yang ada di berbagai wilayah ke wilayah lainnya. Sekaligus juga membangun infrastruktur pengolahan yang merata di berbagai wilayah.

"Infrastruktur untuk pengolahan FnB ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Ini yang menjadi tantangan, yakni membagikan bahan baku yang tumbuh di semua area di semua pulau, termasuk mendistribusikannya," ujarnya.

Pemerataan infrastruktur ini harus segera dibangun. Pasalnya dalam 25 tahun mendatang, pendapatan per kapita Indonesia berpotensi tumbuh 60 kali lipat.

Dengan demikian, market juga akan tumbuh 60 kali lipat dari yang ada sekarang. Oleh karenanya, membutuhkan infrastruktur di industri makanan dan minuman (mamin) yang mampu memproduksi barang konsumsi yang dapat didistribusikan secara berkelanjutan.

"Growth per kapita 25 tahun yang akan datang akan lompat sangat banyak, yakni hampir 60 kali. Maka market dalam 25 tahun akan tumbuh sebanyak 60 size dari market yang ada secara domestik," ucapnya.

Iwan menuturkan, industri mamin harus terus optimis menyongsong masa-masa yang akan datang, meskipun saat ini mengalami pertumbuhan yang negatif akibat pandemi Covid-19.

"Consumption growth akibat pandemi mengalami penurunan, kita tumbuh minus. Tetapi situasi ini mungkin 100 tahun sekali terjadi. Makanya kita harus selalu positif situasi ini akan berakhir," tuturnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan