PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) mencatatkan pertumbuhan laba sebesar Rp1,07 triliun, atau naik 22,66% secara tahunan (year on year/yoy) kuartal III-2020. Kenaikan laba ini didorong oleh perbaikan cost of fund atau biaya dana akibat peningkatan rasio dana murah atau current account dan saving account (CASA).
Direktur Finance, Strategy dan Treasury Mandiri Syariah Ade Cahyo Nugroho mengatakan, pencapaian positif ini menjadi pijakan bagi keberlanjutan Mandiri Syariah menjelang penggabungan (merger) dengan dua bank syariah milik Himbara tahun depan.
Dari sisi volume bisnis, hingga akhir kuartal III-2020 Mandiri Syariah mencatat dana pihak ketiga (DPK) di angka Rp106,12 triliun, naik 17,26% dari Rp90,49 triliun secara tahunan. Tabungan yang menjadi kontributor dan produk andalan tumbuh sebesar 19,12% yoy menjadi Rp44,77 triliun dan menjadikan porsi CASA mencapai hingga 59,22% dari total DPK.
"Peningkatan DPK tersebut menjadikan nilai aset Mandiri Syariah mencapai Rp119,43 triliun atau naik 16,19% dari September 2019 yang sebesar Rp102,78 triliun," kata Ade dalam keterangan resminya, Rabu (11/11).
Menurut Ade, kinerja Mandiri Syariah juga ditopang oleh peningkatan fee based income alias pendapatan non bunga terutama yang disumbang dari layanan digital, produk berbasis emas dan pendapatan margin pembiayaan konsumer.
Direktur Information Technology, Operation & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menuturkan, selama pandemi terjadi peralihan cara transaksi, dari transaksi di cabang menjadi transaksi digital. Hal tersebut memberikan dampak positif pada pertumbuhan fee based income layanan digital yang melonjak 35,82% yoy dari Rp167,76 miliar per kuartal III-2019 menjadi Rp227,84 miliar pada kuartal III-2020.
Fee based income dari layanan digital tersebut memberikan kontribusi pada naiknya fee based income hingga 10,33% menjadi Rp1,50 triliun pada kuartal III-2020, dari Rp1,36 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Syafii, jumlah transaksi melalui Mandiri Syariah Mobile (MSM) hingga September 2020 melonjak hingga 90% dengan jumlah mencapai 31,89 juta transaksi.
Pembiayaan naik 7,39%
Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan juga terjaga baik. Tercatat pada kuartal III-2020, Mandiri Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp79,27 triliun, tumbuh 7,39% secara tahunan.
“Kami sadar kualitas pembiayaan menjadi tantangan besar dalam masa pandemi ini. Untuk itu kami memperkuat cadangan sebagai antisipasi risiko khususnya bagi nasabah yang direstrukturisasi, dengan meningkatkan cash coverage sebesar 34,17% menjadi 141,26% per September 2020," tuturnya.
Untuk rasio kredit bermasalah atau non performing financing (NPF), mengalami perbaikan. NPF net tercatat membaik dari 1,07% per kuartal III-2019 menjadi 0,61% di kuartal III-2020. Sementara, NPF gross di angka 2,66% di kuartal III-2020, sama dengan posisi di periode yang sama tahun lalu.
Adapun sebagai bentuk dukungan pada nasabah terdampak Covid-19, Mandiri Syariah memberikan restrukturisasi pembiayaan. Hingga saat ini, Mandiri Syariah telah merestrukturisasi pembiayaan senilai Rp8 triliun kepada lebih dari 28.000 nasabah di seluruh Indonesia. Tercatat 40% di antaranya merupakan nasabah segmen UMKM.
“Insya Allah, kami akan terus memperkuat layanan, meningkatkan inovasi serta memberikan nilai tambah bagi nasabah dan umat. Kami optimistis menutup tahun 2020 dengan performa positif dan siap menjadi penopang bank hasil penggabungan," tutur Ade.