close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Direksi Garuda Indonesia saat paparan publik mengenai kerja sama dengan Mahata Aero Teknologi di Hangar 2 GMF Aero Asia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (8/5). Alinea.id/Annisa Saumi
icon caption
Direksi Garuda Indonesia saat paparan publik mengenai kerja sama dengan Mahata Aero Teknologi di Hangar 2 GMF Aero Asia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Rabu (8/5). Alinea.id/Annisa Saumi
Bisnis
Rabu, 08 Mei 2019 20:24

Garuda belum terima uang dari Mahata

Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memastikan belum menerima uang sepeserpun dari PT Mahata Aero Teknologi.
swipe

Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memastikan belum menerima uang sepeserpun dari PT Mahata Aero Teknologi.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal mengakui belum ada pembayaran dari Mahata kepada Garuda. Pembayaran itu dilakukan untuk kontrak kerja sama penyediaan konektivitas dan hiburan dalam pesawat.

"Tapi kami manajemen sudah ada pembicaraan dari Mahata. Mereka juga sedang berbicara dengan investor mereka," ujar Fuad dalam paparan publik insidentil di Hanggar 2 GMF Aero Asia, Soekarno-Hatta International Airport, Cengkareng, Banten, Rabu (8/5).

Fuad juga menerangkan alasan Garuda memberi Mahata kontrak sepanjang 15 tahun lantaran sebagai perusahaan rintisan (start-up) membutuhkan dukungan dari investor. Tak main-main, total kontrak kerja sama yang diteken mencapai US$241,94 juta setara Rp3,4 triliun dalam 15 tahun.

Saat bersamaan, Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia Iwan Juniarto mengatakan pertimbangan perseroan melakukan bisnis dengan Mahata lantaran bisa membuat pendapatan tambahan yang tidak hanya datang dari bisnis utama, yaitu jasa angkut penumpang.

"Dengan kerja sama ini, perseroan dapat meningkatkan jumlah penumpang melalui new customer experience dan meningkatkan ancillary revenue," kata Iwan.

Iwan pun menjelaskan kerja sama ini merupakan bisnis model yang baru bagi emiten BUMN bersandi saham GIAA tersebut. Sebab, dalam perjanjian kerja sama ini, Garuda tak perlu mengeluarkan biaya sama sekali.

Menurut Iwan, saat ini baru ada satu pesawat milik Grup Garuda yang terpasang layanan konektivitas ini.

Proses pemasangan layanan konektivitas tersebut, lanjut Iwan, harus mendapatkan izin dan sertifikasi dari otoritas penerbangan internasional, seperti FAA di Amerika dan EASA di Eropa.

"Semua pesawat Airbus kami sudah mendapatkan sertifikasi. Boeing masih memerlukan sertifikasi karena ada kejadian 737 Max," ujar Iwan.

Garuda menargetkan pada September tahun ini proses perizinan selesai dan akan memulai proses pemasangan.

"Selalu start-up itu dilihat sebagai risiko tinggi. Sebenarnya enggak ada ruginya bagi Garuda untuk memberikan (Mahata) kontrak panjang," tutur Fuad.

Polemik kontrak perjanjian kerja sama (PKS) antara Garuda dan PKS ini mengemuka lantaran dua komisaris selaku pemegang saham menolak menandatangani laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam laporan keuangan tersebut, tertulis Garuda telah mengantongi pendapatan dari Mahata.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan