close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra (kiri) bersama dengan Komisaris Utama Garuda Indonesia Triawan Munaf saat berbicang-bincang dengan wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/01/2020). Alinea.id/Annisa Saumi.
icon caption
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Irfan Setiaputra (kiri) bersama dengan Komisaris Utama Garuda Indonesia Triawan Munaf saat berbicang-bincang dengan wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/01/2020). Alinea.id/Annisa Saumi.
Bisnis
Jumat, 24 Januari 2020 18:07

Garuda Indonesia cari pendanaan baru buat bayar utang Rp6,8 T

Garuda Indonesia batal menerbitkan sukuk global dengan emisi US$900 juta,
swipe

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) akan mencari pendanaan baru untuk melunasi utang perusahaan sebesar US$500 juta atau sekitar Rp6,8 triliun yang jatuh tempo pada Mei 2020. 

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan rencana itu diambil setelah perseroan membatalkan penerbitan sukuk global dengan emisi US$900 juta atau Rp12,6 triliun pada 31 Desember 2019.

"Kami akan terus melakukan negosiasi terhadap utang yang jatuh tempo," kata Irfan di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/1).

Irfan melanjutkan, akan ada banyak pilihan negosiasi dari sisi finansial. Garuda, kata Irfan, juga harus melihat kondisi kekinian di pasar. 

"Kami akan bangun tim yang kuat, kalau perlu memanggil konsultan atau negosiator, kami akan melibatkan pihak di luar Garuda untuk memastikan kami akan dapat harga atau struktur yang lebih bagus," ujar Irfan. 

Adapun pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Desember 2019, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Fuad Rizal mengatakan maskapai pelat merah tersebut masih melakukan pengkajian alternatif pendanaan lain untuk memastikan tetap terealisasinya pembiayaan kembali (refinancing) utang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun. 

Sebelumnya, pada 27 Desember 2019, Fuad mengatakan Garuda menyiapkan tiga opsi pendanaan hingga US$900 juta atau Rp12,6 triliun untuk membayar sebagian utang yang akan jatuh tempo itu.

Opsi pertama, maskapai penerbangan milik pemerintah ini akan menerbitkan global sukuk dengan nilai maksimum sebesar US$750 juta atau setara Rp10,49 triliun dengan tenor 5 tahun.

Penggunaan dana dari global sukuk yang akan diterbitkan tersebut adalah untuk refinancing global sukuk yang diterbitkan perseroan pada 2015 dan akan jatuh tempo pada Juni 2020.

Opsi pendanaan kedua yang akan dipertimbangkan oleh emiten berkode saham GIAA ini adalah melakukan private placement obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat senilai US$750 juta. 

Rencananya, hasil dari private placement tersebut akan digunakan untuk pembiayaan kembali atas sebagian utang keuangan yang jatuh tempo dalam satu tahun.

Terakhir, pinjaman dari peer-to-peer lending (p2p lending) dengan nilai US$500 juta. Rencananya, bunga dari p2p lending ini akan dibayarkan setiap tiga bulan sekali. 

Fuad merinci, pendanaan senilai US$900 juta tersebut, sebesar US$500 juta akan digunakan untuk pembayaran global sukuk yang jatuh tempo Juni 2020. Lalu, sisanya adalah untuk pembayaran pinjaman jangka pendek dan modal kerja.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan