Saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) langsung terbang setelah resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (8/6).
Sesaat setelah dibuka, harga saham BUKA langsung menyentuh auto rejection atas (ARA). Harga saham terpantau naik 24,74%, dari Rp850 ke level Rp1.060 per lembar.
Sebelumnya, Bukalapak telah menyelesaikan proses penawaran awal atau bookbuilding dan roadshow dari tanggal 9-19 Juli 2021 serta penawaran umum dari tanggal 27-30 Juli 2021.
Saham BUKA laris manis, dengan pemesanan tinggi (melalui metode pooling allotment), mencapai sekitar Rp4,8 triliun. Perusahaan kemudian menambah porsi pooling allotment bagi investor ritel dari semula 2,5% ke 5% dari total pemesanan yang tersedia. Oleh karena itu, nilai dari saham yang dialokasikan untuk porsi pooling allotment bagi investor ritel naik dari yang sebelumnya Rp547,5 miliar menjadi sekitar Rp1,1 triliun.
"Hari ini, di bulan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia, Bukalapak secara resmi tercatat di BEI. Hal ini dimungkinkan oleh dukungan yang terus menerus dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan), BEI, para profesi penunjang, seluruh karyawan, mitra dan pelapak kami, serta berbagai pihak lainnya,” kata Direktur Utama BUKA Rachmat Kaimmuddin, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/8).
Meski proses penawaran perdana saham (IPO) dilakukan di tengah pandemi Covid-19, Rachmat menyebut, minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi. Dikatakan Rachmat, hal ini mencerminkan kepercayaan terhadap Bukalapak sebagai salah satu perusahaan yang fokus pada pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Melalui IPO ini, kami di Bukalapak percaya bahwa kami dapat mendorong pertumbuhan UMKM ke tingkatan selanjutnya.” tambahnya.
Bukalapak menawarkan 25.765.504.800 lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp850 setiap sahamnya. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO ini, sekitar Rp21,9 triliun, akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak-anak usahanya guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, serta keberlangsungan perusahaan.
Tercatat, penawaran saham Bukalapak (melalui metode pooling) mengalami kelebihan permintaan sekitar 8,7 kali lipat, dengan pemesanan dari hampir 100.000 investor.
Sementara itu, Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan momen ini merupakan sebuah tonggak sejarah dan era baru bagi BEI, karena untuk pertama kalinya sebuah perusahaan startup teknologi unicorn secara resmi mencatatkan sahamnya di BEI.
“Selain itu, dengan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp21,9 triliun, menjadikan IPO Bukalapak sebagai yang terbesar dalam sejarah bursa saham di Indonesia,” ungkap Inarno.
Inarno yakin langkah Bukalapak ini akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan teknologi lain agar kapitalisasi pasar modal Indonesia semakin meningkat kedepannya.
Bukalapak menunjuk UBS AG Singapore Branch dan Merrill Lynch (Singapore) Pte. Ltd sebagai Koordinator Global Gabungan dan Agen Penjual Internasional (Joint Global Coordinators and International Selling Agents) untuk memasarkan IPO pada investor internasional. Sementara itu, PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas ditunjuk sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Managing Underwriters).
Adapun Penjamin Emisi Efek adalah PT UBS Sekuritas Indonesia, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Ciptadana Sekuritas Asia, PT Investindo Nusantara Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas, PT Panin Sekuritas Tbk., PT Philip Sekuritas Indonesia, PT Samuel Sekuritas Indonesia, PT Sinarmas Sekuritas, PT Sucor Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk., PT Valbury Sekuritas Indonesia, PT Victoria Sekuritas Indonesia, PT Wanteg Sekuritas, dan PT Yuanta Sekuritas Indonesia.