Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil risetnya yang berjudul “Dampak GO-JEK terhadap Perekonomian Indonesia.” Hasilnya, GO-JEK dinilai berkontribusi Rp 8,2 triliun per tahun ke ekonomi nasional.
Riset dilakukan pada Oktober sampai Desember 2017 dan melibatkan lebih dari 7.500 responden di sembilan wilayah (Bandung, Bali, Balikpapan, Jabodetabek, DIY Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya).
Kepala LD FEB UI, Turro S Wongkaren, menjelaskan riset mengenai perubahan-perubahan sosial ekonomi yang diakibatkan perkembangan teknologi, penting dilaksanakan. Agar pengambilan kebijakan dan pendekatan program pemberdayaan masyarakat tepat sasaran.
Hasil riset LD FEB UI terhadap mitra pengemudi roda dua mengungkapkan, GO-JEK berkontribusi Rp 8,2 triliun per tahun ke ekonomi nasional dari penghasilan mereka. GO-JEK juga mengurangi tekanan pengangguran dengan memperluas kesempatan kerja. Terutama mereka dengan tingkat pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi/sekolah tinggi. "Mitra pengemudi roda dua juga merasakan adanya peningkatan kesejahteraan yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/3).
Untuk mitra UMKM, hasil riset ini menunjukkan keberadaan layanan GO-FOOD dari GO-JEK mendukung para UMKM go online, meningkatkan volume transaksi mitra UMKM, membuka akses langsung ke pasar (konsumen) serta meningkatkan aset usaha. Diperkirakan terdapat tambahan Rp 1,7 triliun per tahun yang masuk ke ekonomi nasional dari penghasilan mitra UMKM GO-FOOD.
Sedangkan bagi konsumen GO-JEK, sebagian besar responden menyatakan kehadiran aplikasi GO-JEK, meningkatkan kualitas hidup mereka yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Konsumen menilai layanan aplikasi GO-JEK, baik, aman dan nyaman. Hampir keseluruhan konsumen memilih untuk memesan makanan dari mitra yang berupa usaha rumahan/UMKM.
Sebagai perusahaan teknologi terkemuka, keberadaan GO-JEK merupakan bagian dari disruptive force di Indonesia. Sebagaimana semua disruptive force, akan ada pergeseran di dalam konsumsi dan ketenagakerjaan pada masa awal, namun diperkirakan pergeseran-pergeseran tersebut tidak akan berlangsung lama sehingga manfaat netto keberadaan GO-JEK pada perekonomian akan terus meningkat di masa depan.”
Riset ini menggunakan metode kuantitatif dengan wawancara tatap muka yang menggunakan metode sampling pencuplikan acak murni (pure random sampling) atas mitra pengemudi roda dua (3.315 responden), mitra UMKM (806 responden), dan konsumen (3.465 responden) yang aktif dalam 1 bulan terakhir. Sampel mewakili populasi mitra pengemudi, mitra UMKM, dan konsumen di sembilan wilayah.