Dua entitas anak PT Astra International Tbk. (ASII) membukukan kinerja berbeda, yakni laba UNTR melejit dan ASGR terperosok.
Emiten alat berat PT United Tractors Tbk. (UNTR) membukukan laba bersih senilai Rp3,1 triliun pada kuartal I-2019. Angka ini tumbuh 21% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan laba pada kuartal I tahun sebelumnya Rp2,5 triliun.
Perolehan laba bersih ini sejalan dengan perolehan pendapatan pada kuartal I-2019 yang naik 19% menjadi Rp22,6 triliun dari Rp19 triliun.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan perolehan laba ini ditopang oleh lini bisnis kontraktor pertambangan sekitar 40%, alat berat 30%, tambang batu bara 15%, dan tambang emas 8%.
"Kemudian sisanya sekitar 4% dari pendapatan bersih konsolidasian," kata Sara dalam paparan kinerja perusahaan Grup Astra kuartal I-2019 di Menara Astra, Jakarta, Selasa (30/4).
Sebagai informasi, saat ini UNTR memiliki beberapa product line seperti Komatsu, UD Trucks Scania, Bomag dan Tadano.
Adapun penjualan alat berat UNTR dengan merek Komatsu, pada kuartal I-2019 mencapai 1.181 unit, naik 1% dibandingkan periode yang sama 2018, sebanyak 1.171 unit.
Secara nilai, penjualan alat berat Komatsu mencapai Rp3,22 triliun, turun 3,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,35 triliun.
Alat berat di sektor pertambangan masih mendominasi penjualan Komatsu sebesar 48%. Sementara, sektor konstruksi menjadi kontributor terbesar kedua dengan porsi 27%, sisanya kehutanan 13% dan 12% agribisnis.
Menurut Sara, pertambangan masih menjadi kontributor terbesar pada penjualan alat berat perusahaan. Pada 2018 merupakan momentum kebangkitan alat berat, namun penjualan melandai tahun ini.
"Market alat berat tahun ini kemungkinan lebih lesu dibandingkan 2018, karena adanya normalisasi harga batu bara," kata Sara.
Tahun ini, kontribusi dari sektor pertambangan diperkirakan lebih melesu, begitu juga dengan kehutanan. Adapun sektor perkebunan juga melambat, apalagi alat berat UNTR hanya digunakan untuk membuka lahan perkebunan.
Sara mengatakan ada potensi pertumbuhan di sektor konstruksi, tapi tetap tidak bisa mengalahkan kontribusi dari pertambangan.
"Kemungkinan kontruksi naik, tapi secara nilai mungkin tidak signifikan untuk kontribusi pendapatan. Secara volume dan market share tetap bagus, tapi yang signifikan tetap di pertambangan," kata dia.
Tahun ini, UNTR menargetkan penjualan alat berat hanya 4.100 unit, turun 15,9% dibandingkan total penjualan 2018 sebanyak 4.879 unit.
Sara mengatakan penurunan target ini mempertimbangkan kondisi pasar, terutama dari sektor pertambangan yang mulai landai karena normalisasi harga batu bara.
Adapun pada tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$800 juta. Sebagian besar dana itu untuk pemeliharaan alat berat melalui anak usaha Pamapersada Nusantara (PAMA).
Pada perdagangan Selasa (30/4), saham UNTR ditutup naik 0,83% sebesar 225 poin ke level Rp27.175 per lembar. Kapitalisasi pasar saham UNTR mencapai Rp101,36 triliun dengan imbal hasil negatif 16,94% dalam setahun.
Kinerja ASGR
Sementara itu, PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) membukukan laba bersih pada kuartal I-2019 senilai Rp26 miliar. Angka ini turun 27% dari periode yang sama tahun sebeumnya Rp35 miliar.
Direktur ASGR Mangara Pangaribuan mengatakan, penurunan laba bersih ini disebabkan oleh beban penjualan, umum dan administrasi yang meningkat 12% menjadi Rp134 miliar dari Rp120 miliar.
"Selain itu, penurunan laba ini juga disebabkan adanya project roll over pada kuartal II-2019," kata Mangara pada kesempatan yang sama.
Meski mencatatkan penurunan laba bersih, anak usaha Grup Astra ini berhasil mencatkan pertumbuhan pendapatan hingga 16%. Pada kuartal I-2019 perusahaan berhasil membukukan pendapatan senilai Rp730 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp630 miliar.
Mayoritas pendapatan ini ditopang oleh bisnis solusi dokumen sebesar 50%. Kemudian bisnis solusi perkantoran menyumbang 27% dan sisanya bisnis solusi TI menyumbang 23%.
Adapun pada tahun ini ASGR mengalokasikan belanja modal sekitar Rp50 miliar. "Dana keseluruhan dari kas internal dan penggunaan dana ini untuk membiayai produk equipment for lease atau peralatan untuk disewakan," ucap dia.
Sebagai informasi, pada 22 April 2019, perseroan telah menandatangani kerja sama dengan PT Fujifilm Indonesia. Hal ini berkaitan dengan penunjukkan ASGR sebagai distributor resmi Fujifilm untuk bisnis graphic system yakni mesin cetak offset digital.
"Pada kuartal I-2019 ini kami lakukan pendatangan kerja sama dengan Fujifilm Indonesia untuk meningkatkan pendapatan ASGR," katanya
Meski demikian, Mangara enggan menyebut kontribusi kerja sama ini terhadap pendapatan perseroan. Ia juga enggan menyebut target pertumbuhan pendapatan pada tahun ini.
Pada perdagangan Selasa (30/4), saham ASGR ditutup turun 1,17% sebesar 15 poin ke level Rp1.270 per lembar. Kapitalisasi pasar saham ASGR mencapai Rp1,7 triliun dengan imbal hasil negatif 7,31% dalam setahun.