Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo memamerkan keberhasilan perekonomian Indonesia kepada Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Hal itu dilakukan pada saat memberikan sambutan di acara High Level Conference di Fairmont Hotel Jakarta, Selasa (27/2).
Agus mengatakan Indonesia merupakan negara terbesar di Asean dan telah memberikan kontribusi yang besar kepada pertumbuhan ekonomi Asia. Ekonomi Indonesia juga terus meningkat, dimana makro ekonomi dan stabilitas keuangan memperlihatkan kondisi yang sehat.
"Perkembangan positif ini didukung kebijakan atas moneter, fiskal, dan struktural reformasi keuangan," terang Agus.
Perkembangan kondisi ini didorong dengan munculnya 16 paket kebijakan yang dirilis era Presiden Joko Widodo. Paket kebijakan tersebut untuk menciptakan iklim investasi, daya saing industri, ekspor, dan sumber pertumbuhan baru.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat. Indonesia pun mengubah kebijakan subsidi energi agar pemerintah dapat menimalisir anggaran. Atas dasar tersebut, Agus menegaskan ekonomi Indonesia sudah menuju ke arah yang lebih baik yakni dengan meningkatnya investasi, pertumbuhan ekspor, dan pembelanjaan pemerintah yang semakin membaik.
"Pertumbuhan PDB Indonesia naik 5,07% pada 2017, angka pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Inflasi dalam kisaran tiga tahun berturut-turut berada di level 3,61% pada 2017," jelas Agus.
Selain itu, pemerintah telah berhasil menjaga volatile food atau harga pangan bergejolak yang selama ini menjadi penyumbang inflasi. Inflasi harga pangan yang bergejolak mencapai 0,71% sepanjang 2017. Ini merupakan angka terendah dalam 14 tahun terakhir. Namun saat ini, hal tersebut bisa dicapai dengan mengendalikan harga pangan yang strategis dan memperbaiki distribusi pangan di Indonesia.
Sementara itu, Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde menyoroti dunia yang sedang menghadapi tantangan perekonomian. Volalitas di pasar saham menjadi pengingat fundamental bagi para pembuat kebijakan.
Perekonomian dunia juga sedang melakukan transisi. Tidak heran kalau pembuat kebijakan di berbagai negara juga harus mengenal pertumbuhan model baru atau new growth models untuk menekan permintaan domestik, perdagangan regional dan diversifikasi ekonomi.
Berdasarkan analisa IMF, kenaikan ekspor berdampak signifikan pada pertumbuhan PDB dan menstabilkan perekonomian. “Kenaikan kecil dalam diversifikasi ekspor bisa mendorong pertumbuhan PDB hingga 1%,” ujarnya Lagarde.
Riset yang dilakukan IMF juga memperlihatkan keuntungan dari pertumbuhan telah disebarkan secara merata. Sehingga menimbulkan pertumbuhan yang kuat, lebih bisa dikendalikan, dan lebih elastis.
Selain itu, pemerintah juga perlu mengatur transisi demografi. Negara dengan banyak penduduk berusia muda, seperti Indonesia dan Malaysia bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan membuat lebih banyak pekerjaan berkualitas tinggi. Sementara, Thailand dan Vietnam yang penduduknya mulai menua bisa menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kerja.