close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pekerja menggunakan alat berat melakukan bongkar muat batu bara di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara, di Jakarta, Jumat (15/11/2019). Foto Antara/M Risyal Hidayat
icon caption
Pekerja menggunakan alat berat melakukan bongkar muat batu bara di Pelabuhan PT Karya Citra Nusantara (KCN), Marunda, Jakarta Utara, di Jakarta, Jumat (15/11/2019). Foto Antara/M Risyal Hidayat
Bisnis
Kamis, 06 Januari 2022 10:13

Harga batu bara acuan Januari turun jadi US$158,50 per ton

Penurunan ini salah satunya dipicu oleh peningkatan produksi batu bara domestik China.
swipe

Mengawali 2022, Harga Batubara Acuan (HBA) pada Januari terkoreksi ke posisi US$158,50 per ton. Turun US$1,29 per ton dari Desember 2021 US$159,79 per ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, penurunan ini salah satunya dipicu oleh peningkatan produksi batu bara domestik China.

"Pemerintah China berusaha meningkatkan produksi batu bara dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri yang berdampak pada meningkatnya stok batu bara dalam negeri," ungkap Agung dalam keterangan resminya, Kamis (06/01).

HBA mengalami kenaikan pesat sepanjang 2021, bahkan sempat mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir. Dibuka pada level US$75,84 per ton di Januari 2021, HBA mengalami kenaikan pada Februari menjadi US$87,79 per ton.

Sempat turun di Maret 2021 menjadi US$84,47 per ton. Selanjutnya terus mengalami kenaikan secara beruntun hingga November 2021 pada angka US$215,01 per ton.

Secara rinci April di angka US$86,68, Mei US$89,74 per ton, Juni US$100,33 per ton, Juli US$115,35 per ton, Agustus US$130,99 per ton, September US$150,03 per ton, dan Oktober US$161,63 per ton. Namun sempat mengalami penurunan pada Desember US$159,79 per ton.

Lebih lanjut Agung mengatakan, musim dingin di bagian utara dunia membuat kebutuhan listrik untuk penghangat ruangan meningkat tajam serta terdapat kendala pasokan gas di Eropa juga menjadi faktor lain penurunan harga.

"Negara-negara di Eropa beralih ke batu bara untuk pembangkit listrik," kata Agung.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan