Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan harga beras disepanjang Juni 2018. Hal ini masih merupakan imbas dari panen raya yang berlangsung pada Maret dan April.
Harga beras menurun untuk semua kualitas yaitu kualitas premium, medium dan rendah. Masing-masing turun sebesar 0,48%, 0,6%, dan 0,67% secara bulanan pada Juni.
"Hal ini menyebabkan harga beras secara keseluruhan di tingkat eceran turun 0,47%. Kondisi ini bisa menguntungkan masyarakat," ungkap Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (2/7).
Di sisi lain, petani lain juga ikut diuntungkan karena harga Gabah Kering Panen (GKP) dihargai lebih mahal sepanjang Juni. BPS mencatat, GKP di tingkat petani ada di angka Rp4.650 per kilogram (Kg) atau naik 2,1% dibanding bulan lalu. Angka ini semakin meroket di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang dipatok Rp3.700 per Kg.
"Ini terbilang sangat baik. Dari sisi konsumen, harga beras turun. Tapi dari sisi petani, ada perbaikan pendapatan," jelasnya.
Kenaikan GKP tentu berimbas positif bagi Nilai Tukar Petani (NTP). Data BPS menyebut, NTP Juni ada diangka 102,04 atau naik 0,05% dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan harga yang lebih baik, maka kemampuan petani untuk menukar hasil produksinya dengan kebutuhan produksi dan konsumsinya semakin lebih baik.
"Tapi, perbaikan NTP secara keseluruhan ini tertahan karena indeks harga yang diterima petani, khususnya perkebunan rakyat turun. Kelapa sawit, kakao, dan kopi turun karena harganya juga turun," jelas dia.
Harga GKP dan beras kemungkinan masih bisa turun pada Agustus karena memasuki masa panen padi setelah masa panen utama selesai. Hal ini bisa mengerek turun harga GKP yang tengah naik, lantaran masa panen utama berangsur selesai.
"Kalau bisa saya ambil kesimpulan, sejauh ini inflasi bahan makanan pada umumnya memang masih terkendali," pungkasnya.