Inflasi pada Oktober 2022 mengalami penurunan menjadi 5,71% year on year (yoy). Ini disebabkan beberapa harga komoditas pangan pada komponen harga bergejolak turun menjadi 7,19% (yoy).
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah, yang mencapai 13,28% (yoy), menjadi kontributor inflasi. Misalnya, harga bensin sebesar 32,62% (yoy) dengan kontribusi pada inflasi 1,16% (yoy), lalu tarif angkutan udara 42,99% (yoy) dengan kontribusi 0,35% (yoy), bahan bakar rumah tangga 16,9% (yoy) dan berkontribusi 0,30% (yoy), serta tarif angkutan dalam kota 25,75% (yoy) dengan andil 0,11% (yoy).
"Tekanan inflasi bensin dan tarif angkutan dalam kota sebagai dampak lanjutan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setyanto, dalam telekonferensi pers, Selasa (1/11).
"Kalau kita lihat antara komponen energi dan bahan makanan, tekanan inflasi dari komponen energi masih meningkat secara tahunan, yaitu 16,88% (yoy), lebih tinggi dari September sebesar 16,48% (yoy)," imbuhnya.
Kemudian, harga bergejolak juga mengalami penurunan di beberapa komoditas pangan, seperti cabai merah deflasi 57,60% (yoy), telur ayam ras deflasi 26,41% (yoy), cabai rawit deflasi 48,5% (yoy), bawang merah deflasi 20,24%, dan daging ayam ras deflasi 1,84% (yoy).
Namun, beberapa komoditas pangan mengalami peningkatan dan menjadi tekanan bagi inflasi pada Oktober, seperti beras, tahu, dan tempe. Beras mengalami inflasi sebesar 3,83% (yoy).
"Secara bulan ke bulan, beras mengalami inflasi 1,13% month to month (mtm) dan tempe tahu mengalami peningkatan karena harga kedelai terus naik dari US$606 per ton jadi US$664 per ton," ucapnya.
Harga beras pada Oktober rata-rata mengalami kenaikan menjadi Rp11.850/kg. Sementara itu, harga tempe rerata naik ke posisi Rp12.667/kg dan tahu Rp11.438/kg.