Konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum kunjung rampung berdampak pada kenaikan harga minyak mentah dunia. Melansir dari Bloomberg pada Selasa (01/3), pukul 15.07 harga minyak jenis brent untuk kontrak Mei 2022 masih berada di posisi US$100,99 per barel.
Sementara, untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2022 mengalami kenaikkan 1,58% menjadi US$97,23 per barel. Kenaikan harga minyak mentah dunia juga berdampak pada melonjaknya harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, berdasarkan data sementara, ICP bulan Februari 2022 per tanggal 24 sebesar US$95,45 per barel.
"Kalau harga minyak Brent, sudah lebih dari US$ 100 per barel. Sejak ICP naik di atas US$ 63 per barel (asumsi APBN 2022), kita terus monitor dan antisipasi dampaknya. Tidak hanya harga minyak, tapi harga LPG seperti CP Aramco," katanya dalam keterangan resminya dikutip, Selasa (1/3).
Menurutnya, kenaikan harga minyak ini berpengaruh pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, akan terjadi peningkatan pada beban subsidi, khususnya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
"Dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti, Pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan LPG," tuturnya.
Menurutnya, setiap kenaikan US$1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp2,65 triliun.
Besaran subsidi untuk BBM dan LPG 3 Kg di APBN tahun ini sebesar Rp77,5 triliun. Subsidi tersebut pada saat ICP sebesar US$63 per barel. Kenaikan ICP, kata Agung, juga berdampak pada subsidi dan kompensasi listrik.
Hal ini dikarenakan masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp295 miliar.