Harga minyak sawit pada November dan Desember 2021 akan melandai. Namun, dimungkinkan masih di atas US$1.300 per ton di pasar spot CIF Rotterdam.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut, turunnya harga imbas panen oilseed yang relatif baik, tetapi industri crushing masih terkendala karena berbagai hal yang berbeda di negara produsen, seperti Argentina, Brasil, dan Rusia.
"Sehingga penurunan harga minyak nabati pada umumnya tertahan," ungkap Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, dalam keterangan tertulis, Kamis (16/12).
Harga minyak sawit hingga bulan Oktober masih mencapai US$1.368/ton CIF Rotterdam. Angka itu lebih tinggi dari bulan September sebesar US$1.235 dan Agustus US$1.236.
Kemudian, nilai ekspor produk sawit pada Oktober mencapai US$3,67 miliar dengan volume 3,21 juta ton, naik 230.000 ton atau 11,3% dari bulan September.
Kenaikan terbesar pada olahan minyak sawit, yaitu sebesar 298.000 ton atau 13,5% lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sedangkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) turun sebesar 7% dari bulan September menjadi 147.000 ton.
"Sampai dengan bulan Oktober 2021, nilai ekspor produk kelapa sawit mencapai US$29,528 miliar yang merupakan pencapaian nilai ekspor tertinggi selama ini," paparnya.
Dengan perkiraan produksi CPO dan minyak inti sawit (PKO) November-Desember 2021 sebesar 9,39 juta ton dan konsumsi 3 juta ton, maka tersedia 6,4 juta ton untuk ekspor.
Sehingga pada bulan November dan Desember ekspor dalam bentuk olahan diasumsikan 2,2 juta ton ekspor CPO 300.000 ton/bulan, ekspor olahan PKO 150.000 ton/bulan, serta oleokimia 350.000 ton/bulan.
"Maka ekspor November-Desember diperkirakan akan mencapai 6 juta ton sehingga total ekspor 2021 diperkirakan akan mencapai sekitar 34,9 juta ton atau sekitar 0,9 juta ton lebih besar dari ekspor 2020 sebesar 34 juta ton," jelasnya.
Gapki juga memperkirakan, ekspor CPO bakal mencapai US$35 miliar sepanjang tahun ini. "Akan sangat mungkin," tutup Mukti.